Puisi: Kwatrin Musim Gugur (Karya Goenawan Mohamad)

Puisi "Kwatrin Musim Gugur" karya Goenawan Mohamad menggambarkan musim gugur sebagai metafora untuk perubahan dalam kehidupan manusia.
Kwatrin Musim Gugur (1)

Di udara dingin proses pun mulai.
Malam membereskan daun-daun
menyiapkan ranjang mati.
Hari akan melengkapkan tahun
sebelum akhirnya pergi.

Kwatrin Musim Gugur (2)

Kini akan habis matahari
yang membujuk anak ke pantai
Tinggal renyai
Warna berganti-ganti. Dan Engkau tak mengerti

Kwatrin Musim Gugur (3)

Pada kalender musim pun diam
Pada kalender aku pun bosan.
Di bawah daun-daun merah, bersembunyi jejak-Mu singgah
Sunyi dan abadi. Musim panas begitu megah.

Kwatrin Musim Gugur (4)

Kabar terakhir hanya salju
Suara dari jauh, dihembus waktu
Kita tak lagi berdoa. Kita tak bisa menerka
Hanya ada senja, panas penghabisan yang renta.

Akhir 1967 - April, 1968

Sumber: Horison (Agustus, 1968)

Analisis Puisi:
Puisi "Kwatrin Musim Gugur" karya Goenawan Mohamad adalah karya yang sarat dengan makna yang mendalam. Puisi ini mengeksplorasi tema musim gugur dan perubahan dalam kehidupan manusia.

Kwatrin Musim Gugur (1)

  • Simbolisme Musim Gugur: Bagian pertama puisi ini menggambarkan musim gugur sebagai waktu ketika daun-daun mulai berguguran dan alam memasuki tahap perubahan. Ini dapat diinterpretasikan sebagai metafora bagi perubahan dalam kehidupan manusia, di mana "hari akan melengkapkan tahun" sebelum akhirnya pergi.
  • Malam dan Ranjang Mati: Kata-kata "malam membereskan daun-daun" menciptakan gambaran tentang malam sebagai waktu ketika sesuatu berakhir, seperti kematian. "Ranjang mati" dapat diartikan sebagai akhir dari suatu periode atau fase dalam kehidupan.

Kwatrin Musim Gugur (2)

  • Perubahan Warna: Bagian kedua puisi ini menyoroti perubahan dalam warna-warni alam selama musim gugur. Ini menciptakan gambaran tentang alam yang terus berubah, tetapi "Engkau tak mengerti," mengisyaratkan bahwa manusia mungkin tidak selalu memahami atau meresapi perubahan tersebut.

Kwatrin Musim Gugur (3)

  • Kalender Musim: Bagian ketiga puisi ini menyoroti kebosanan dengan perubahan musim yang bisa dipantau melalui kalender. Penggunaan kata "bosan" mengindikasikan monotoni dalam mengamati perubahan alam.
  • Jejak yang Tersembunyi: "Di bawah daun-daun merah, bersembunyi jejak-Mu singgah" menciptakan gambaran tentang keberadaan sesuatu yang tersembunyi di balik perubahan alam. Hal ini bisa diinterpretasikan sebagai representasi keberadaan Tuhan atau makna yang lebih dalam dalam perubahan musim.

Kwatrin Musim Gugur (4)

  • Kabar Terakhir dan Keheningan: Puisi ini mengakhiri dengan sentuhan keheningan dan ketidakpastian. "Kabar terakhir hanya salju" menggambarkan akhir dari komunikasi atau pemahaman yang jelas, dan "kita tak lagi berdoa" menciptakan gambaran ketidakpastian dalam kehidupan manusia.
  • Panas Penghabisan yang Renta: Kata-kata "panas penghabisan yang renta" menggambarkan akhir dari sesuatu yang pernah begitu megah. Ini bisa mengacu pada akhir dari masa muda atau kekuatan, dan menekankan kerentanannya.
Puisi "Kwatrin Musim Gugur" karya Goenawan Mohamad menggambarkan musim gugur sebagai metafora untuk perubahan dalam kehidupan manusia. Puisi ini menyoroti perubahan, ketidakpastian, dan keberadaan makna yang tersembunyi di balik perubahan alam. Dengan menggunakan simbolisme alam yang kuat, puisi ini merangsang pembaca untuk merenungkan perubahan dalam kehidupan manusia dan makna yang mungkin ada di baliknya.

Puisi Goenawan Mohamad
Puisi: Kwatrin Musim Gugur
Karya: Goenawan Mohamad

Biodata Goenawan Mohamad:
  • Goenawan Mohamad (nama lengkapnya Goenawan Soesatyo Mohamad) lahir pada tanggal 29 Juli 1941 di Batang, Jawa Tengah.
  • Goenawan Mohamad adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.