Puisi: Surat Seorang Anak Pulau (Karya Diah Hadaning)

Puisi "Surat Seorang Anak Pulau" karya Diah Hadaning mencerminkan ketidakpastian dan rasa sakit yang dihadapi oleh orang-orang di pulau terpencil.
Surat Seorang Anak Pulau


Seorang anak menulis surat kepada
malaikat yang pernah ditemui dalam mimpi
penyelamat pernah diceritakan gurunya yang penyakitan:

Pulau ini kian sepi hari ke hari
sejak guru tambah sakit
segala apa terus membelit
ketika senja hilang nuansa
laut dan ombak tak menyapa
angin mengoyak udara
sekolah kami roboh
sisakan kenangan pahit dan senyum bodoh
anak-anak kembali melaut ikut bapaknya
perempuan merajut jala di teritis rumah.

Guru rindu pulang tanah kelahiran
di daratan, namun tak apa pun dia punya
sesiang aku menangis panjang di sisi baringnya
doa apa lagi harus kulantunkan.


Bogor, Oktober 1995

Analisis Puisi:
Puisi "Surat Seorang Anak Pulau" karya Diah Hadaning adalah ungkapan perasaan seorang anak yang mencurahkan rindu, keprihatinan, dan keinginan untuk berkomunikasi dengan malaikat yang muncul dalam mimpinya. Puisi ini mencerminkan ketidakpastian dan rasa sakit yang dihadapi oleh orang-orang di pulau terpencil yang berjuang menghadapi tantangan hidup mereka.

Tema Kesepian dan Kehilangan: Puisi ini menggambarkan perasaan kesepian yang mendalam di pulau tersebut, terutama setelah guru mereka jatuh sakit dan sekolah mereka roboh. Puisi ini meresapi tema kehilangan yang kuat, baik dalam hal bangunan fisik (sekolah) maupun kerinduan akan kedatangan malaikat atau penyelamat.

Keinginan untuk Berhubungan dengan yang Ilahi: Anak dalam puisi ini menulis surat kepada malaikat yang muncul dalam mimpinya. Ini mencerminkan keinginan untuk berhubungan dengan dunia spiritual atau upaya untuk mencari pertolongan di tengah tantangan hidup.

Realitas Kehidupan di Pulau Terpencil: Puisi ini mencerminkan kenyataan hidup di pulau terpencil, di mana pergi melaut dan menjala adalah kegiatan umum, dan orang-orang hidup dalam keadaan sederhana.

Kehilangan Tradisi dan Budaya: Pulau ini tampaknya kehilangan sekolah dan sejumlah besar anak pergi melaut dengan bapak mereka. Hal ini bisa mengindikasikan hilangnya pendidikan formal dan tradisi yang lebih luas di pulau tersebut.

Penggunaan Bahasa dan Gaya Sastra: Penyair menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti. Ini menciptakan nuansa kerentanan dan kejujuran dalam puisi. Penyair juga menggunakan imajinasi dengan menciptakan figur malaikat yang muncul dalam mimpi anak sebagai simbol harapan.

Puisi "Surat Seorang Anak Pulau" adalah ungkapan yang sangat emosional tentang kehidupan yang sulit dan tantangan yang dihadapi oleh anak-anak dan penduduk di pulau terpencil. Puisi ini mencerminkan keteguhan dan ketulusan dalam menghadapi kesulitan dan mengungkapkan harapan untuk pertolongan dari yang Ilahi.

"Puisi: Surat Seorang Anak Pulau (Karya Diah Hadaning)"
Puisi: Surat Seorang Anak Pulau
Karya: Diah Hadaning
© Sepenuhnya. All rights reserved.