Puisi: Tanda-Tanda Zaman (Karya Diah Hadaning)

Puisi "Tanda-Tanda Zaman" karya Diah Hadaning menggambarkan kepedulian dan kekhawatiran penyair terhadap kondisi zaman. Melalui simbolisme, ...
Tanda-Tanda Zaman


Telah kueja
tanda-tanda zaman
telah kudoa
jangan hilang peradaban.

Kalabendana
itu pembawa petaka
gerhana bulan total
itu celaka bila gagal
gerhana matahari cincin
itu perjuangan jangan bacin
bintang berekor
hokum karma hancurkan pamor
tembang dolanan
itu gambaran keadaan.

Tanda-tanda zaman
peringatan dari Tuhan.

Tanda-tanda zaman
jangan pernah diabaikan.


Agustus, 1998

Analisis Puisi:
Puisi "Tanda-Tanda Zaman" karya Diah Hadaning menghadirkan suara penyair yang memperhatikan dan merenungkan tanda-tanda zaman sebagai peringatan dan pesan dari Tuhan. Puisi ini mengeksplorasi berbagai peristiwa dan simbol yang dianggap sebagai pertanda zaman yang membutuhkan perhatian dan penghormatan.

Ketelitian dalam Pemilihan Kata: Penyair menggunakan kata-kata dengan cermat untuk menyampaikan pesannya. Istilah-istilah seperti "Kalabendana," "gerhana bulan total," "gerhana matahari cincin," dan "bintang berekor" digunakan sebagai simbol-simbol yang menciptakan gambaran tanda-tanda zaman. Kata-kata ini menghadirkan nuansa keagungan dan kekuatan alam yang dianggap sebagai pertanda signifikan.

Simbolisme Alam dan Mitologi: Puisi ini memanfaatkan simbolisme alam dan mitologi untuk menyampaikan pesan tentang tanda-tanda zaman. Gerhana bulan dan matahari digambarkan sebagai peristiwa yang memuat arti lebih dalam, dan bintang berekor dihubungkan dengan hukum karma yang dapat menghancurkan pamor. Simbol-simbol ini memberikan dimensi spiritual pada puisi, menunjukkan bahwa tanda-tanda zaman tidak hanya bersifat fisik tetapi juga mempunyai makna filosofis.

Kritik terhadap Keadaan: Penyair mengkritik kondisi zaman dengan menyebut "Kalabendana" sebagai pembawa petaka. Istilah ini memberikan kesan bahwa ada kejadian atau tindakan tertentu yang membawa dampak negatif pada peradaban. Puisi ini mencerminkan pandangan kritis terhadap fenomena-fenomena tertentu yang dianggap membahayakan eksistensi manusia.

Peringatan dan Doa: Puisi ini berfungsi sebagai peringatan dan doa. Dengan kalimat "telah kudoa, jangan hilang peradaban," penyair mengungkapkan kekhawatiran akan kehilangan peradaban yang mungkin terjadi jika tanda-tanda zaman diabaikan. Doa ini menciptakan nuansa spiritual dan rasa tanggung jawab terhadap keberlanjutan kehidupan manusia.

Penggunaan Tembang Dolanan sebagai Metafora: Penggunaan istilah "tembang dolanan" sebagai gambaran keadaan menarik perhatian. Tembang dolanan sering kali dihubungkan dengan kenangan masa kecil, dan dalam konteks puisi ini, mungkin menggambarkan keadaan yang mengingatkan kita pada kepolosan dan kesederhanaan yang perlu dijaga.

Peringatan dari Tuhan: Pengulangan frasa "Tanda-tanda zaman" memberikan bobot dan penekanan pada pesan utama puisi. Penyair menegaskan bahwa tanda-tanda tersebut bukanlah kebetulan semata, melainkan pesan yang diberikan oleh Tuhan. Hal ini memperkuat makna spiritual dan arti tanda-tanda zaman.

Sarana Refleksi dan Kesadaran: Puisi ini dapat dianggap sebagai sarana refleksi dan kesadaran terhadap keadaan zaman. Penyair mengajak pembaca untuk tidak mengabaikan tanda-tanda tersebut dan untuk selalu berada dalam keadaan waspada terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di sekitar kita.

Puisi "Tanda-Tanda Zaman" karya Diah Hadaning adalah puisi yang menggambarkan kepedulian dan kekhawatiran penyair terhadap kondisi zaman. Melalui simbolisme, kritik, dan doa, puisi ini membangun narasi yang mengajak pembaca untuk merenung, meresapi, dan bertindak sesuai dengan pesan yang terkandung dalam tanda-tanda zaman. Puisi ini memainkan peran penting sebagai pengingat dan penyadaran terhadap nilai-nilai spiritual dan moral dalam menghadapi perubahan zaman.

Puisi
Puisi: Tanda-Tanda Zaman
Karya: Diah Hadaning
© Sepenuhnya. All rights reserved.