Puisi: Bolong (Karya Joko Pinurbo)

Puisi "Bolong" karya Joko Pinurbo menggambarkan perjalanan sebuah celana dari keberadaan awalnya yang baru hingga akhirnya menjadi usang dan ...
Bolong

Bahkan celana memilih nasibnya sendiri:
ia pergi ke pasar loak justru ketika aku sedang giat
belajar bugil dan mandi.
"Selamat tinggal pantat. Selamat tinggal jagoan kecil
yang tampak pemalu tapi hebat."

Entah berapa pantat telah ia tumpangi,
berapa kenangan telah ia singgahi,
sampai suatu hari aku menemukannya kembali
di sebuah kota, di sebuah kuburan.
"Pulang dan pakailah celana kesayanganmu ini,"
kata perempuan tua penjaga makam.

Sampai di rumah, kupakai kembali si celana hilang itu
dan aku terheran: "Kok celanaku makin kedodoran!"
Aku termenung melihat seorang bocah
di dalam cermin sedang sibuk mencoba celana
yang sudah bolong di bagian tengahnya.

2002

Analisis Puisi:

Puisi "Bolong" karya Joko Pinurbo adalah sebuah karya yang menghadirkan gambaran humoris namun juga mengandung lapisan makna yang dalam. Puisi ini menggambarkan perjalanan sebuah celana dari keberadaan awalnya yang baru hingga akhirnya menjadi usang dan berlubang, serta memberikan refleksi tentang kehidupan dan kenangan yang melalui.

Metafora Celana: Celana dalam puisi ini digunakan sebagai metafora untuk perjalanan hidup manusia. Dengan menggambarkan celana yang memilih "nasibnya sendiri", penyair menyiratkan bahwa dalam kehidupan, kita seringkali tidak dapat mengontrol sepenuhnya apa yang akan terjadi. Seperti halnya celana yang berpindah tangan dan mengalami berbagai pengalaman, manusia juga melalui perjalanan hidup dengan berbagai kejadian dan kenangan.

Humor dan Ironi: Meskipun menghadirkan tema yang serius, puisi ini disampaikan dengan gaya yang humoris dan ironis. Pemilihan kata-kata seperti "bugil" dan "mandi" untuk menggambarkan saat celana pergi ke pasar loak memberikan sentuhan humor pada puisi. Ironi terdapat pada kenyataan bahwa celana yang sudah usang dan berlubang kembali dikenakan, serta reaksi lucu dari pemakainya yang terkejut melihat kedodoran celana tersebut.

Kenangan dan Perubahan: Penyair menggambarkan bahwa meskipun celana telah mengalami perubahan dan mengalami berbagai kenangan, ia tetap dihargai dan dikenang. Ketika celana kembali dikenakan oleh pemiliknya, ia teringat akan masa lalu dan berbagai pengalaman yang telah dilaluinya. Hal ini mencerminkan bagaimana manusia juga melalui perubahan dan memiliki kenangan yang membentuk identitas mereka.

Simbolisme Kuburan: Ketika celana ditemukan kembali di sebuah kota, di sebuah kuburan, simbolisme kuburan menciptakan suasana yang mengesankan. Ini mungkin menggambarkan akhir dari suatu perjalanan atau pengalaman, namun juga mengisyaratkan bahwa meskipun sesuatu telah berakhir, kenangan dan pengalaman yang dialami akan tetap hidup dan dikenang.

Melalui puisi "Bolong", Joko Pinurbo berhasil menghadirkan gambaran tentang perjalanan hidup, kenangan, dan perubahan dengan gaya yang humoris namun juga mengandung makna yang dalam. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang bagaimana kita menghadapi perubahan dan mengenang kenangan yang membentuk diri kita. Dengan sentuhan humor dan ironi, puisi ini memberikan pengalaman membaca yang menyenangkan sekaligus memprovokasi pemikiran tentang kehidupan dan kemanusiaan.

"Puisi: Bolong (Karya Joko Pinurbo)"
Puisi: Bolong
Karya: Joko Pinurbo
© Sepenuhnya. All rights reserved.