Puisi: Di Stasion (Karya Sapardi Djoko Damono)

Melalui puisi "Di Stasion", Sapardi Djoko Damono mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kehidupan, kehadiran kita di dunia yang penuh dengan ....
Di Stasion

Pilar-pilar besi kekal menanti
di sebelahnya: kita yang mempercayai hati
seakan putih semata, senantiasa
seakan detik lupa meloncat tiba-tiba.

Sepi pun lengkap ketika kereta tiba
sebelum siap kita menerima
hari di mana
hari tak ada ketika kita menyusun kata-kata.

Sumber: Duka-Mu Abadi (1969)

Analisis Puisi:
Puisi "Di Stasion" karya Sapardi Djoko Damono adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan suasana stasiun sebagai metafora kehidupan manusia yang penuh dengan kepastian dan ketidakpastian.

Stasiun sebagai Metafora Kehidupan: Penyair menggunakan stasiun sebagai metafora untuk menggambarkan perjalanan kehidupan manusia. Pilar-pilar besi yang kekal menanti mencerminkan struktur dan kepastian dalam hidup, sementara kereta yang tiba dan pergi mencerminkan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan.

Kehadiran Kita di Tengah Kegelapan: Penyair menyoroti kehadiran manusia di tengah kegelapan dan ketidakpastian kehidupan. Meskipun kita mempercayai hati dan terus berharap, ada ketidakpastian yang senantiasa mengintai, sebagaimana detik lupa yang bisa meloncat tiba-tiba.

Kehampaan dan Kematian: Stasiun menjadi simbol kehampaan dan kekosongan ketika kereta tiba. Ini mencerminkan momen kehidupan di mana kita menyadari bahwa hari-hari berlalu begitu cepat dan tak ada yang abadi. Hari tak ada ketika kita menyusun kata-kata menggambarkan keterbatasan manusia dalam menghadapi waktu dan kematian.

Kesunyian dan Kepenuhan: Penyair menggambarkan suasana sepi yang lengkap ketika kereta tiba, menciptakan gambaran tentang keheningan dan ketenangan. Namun, dalam kesunyian itu juga terdapat kedalaman dan kepenuhan yang melampaui kata-kata.

Kesederhanaan dalam Bahasa: Sapardi Djoko Damono menggunakan bahasa yang sederhana namun penuh makna dalam puisi ini. Kata-kata yang dipilihnya mampu menggambarkan gambaran yang kuat dan mendalam tentang kehidupan manusia.

Melalui puisi "Di Stasion", Sapardi Djoko Damono mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kehidupan, kehadiran kita di dunia yang penuh dengan ketidakpastian, dan keindahan dalam kesederhanaan. Puisi ini menggambarkan perjalanan hidup sebagai sebuah perjalanan yang penuh dengan kejutan, kesunyian, dan kepastian yang tak terduga.


Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Di Stasion
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.