Puisi: Kredo Celana (Karya Joko Pinurbo)

Puisi "Kredo Celana" karya Joko Pinurbo bukan hanya kisah lucu tentang pencurian celana jeans Yesus, tetapi juga membawa pesan yang lebih ...
Kredo Celana


Yesus yang seksi dan murah hati,
kutemukan celana jinmu yang koyak
di sebuah pasar loak.
Dengan uang yang tersisa dalam dompetku
kusambar ia jadi milikku.

Ada noda darah pada dengkulnya.
Dan aku ingat sabdamu:
"Siapa berani mengenakan celanaku
akan mencecap getir darahku."

Mencecap darahmu? Siapa takut!
Sudah sering aku berdarah,
walau darahku tak segarang darahmu.

Siapa gerangan telah melego celanamu?
Pencuri yang kelaparan,
pak guru yang dihajar hutang,
atau pengarang yang dianiaya kemiskinan?
Entahlah. Yang pasti celanamu
pernah dipakai bermacam-macam orang.

Yesus yang seksi dan rendah hati,
malam ini aku akan baca puisi
di sebuah gedung pertunjukan
dan akan kupakai celanamu
yang sudah agak pudar warnanya.
Boleh dong sekali-sekali aku tampil gaya.

Di panggung yang remang-remang
sajak-sajakku meluncur riang.
Makin lama tubuhku terasa menyusut
dan lambat-laun menghilang.
Tinggal celanamu bergoyang-goyang
di depan mikrofon,
sementara sajak-sajakku terus menggema
dan aku lebur ke dalam gema.
"Hidup raja celana!" Hadirin terkesima.

Kelak akan ada seorang ibu
yang menjahit sajak-sajakku
menjadi sehelai celana
dan celanaku akan merindukan celanamu.


2007

Analisis Puisi:
Puisi "Kredo Celana" karya Joko Pinurbo merupakan sebuah karya sastra yang unik dengan gaya yang khas, menggabungkan unsur humor, keironisan, dan refleksi serius. Dalam puisi ini, penyair menggambarkan kisah seru dan ironis tentang pencurian celana jeans Yesus.

Personifikasi Yesus: Penyair memberikan gambaran Yesus sebagai sosok yang seksi dan murah hati. Pemilihan atribut ini mungkin dimaksudkan untuk menghadirkan Yesus sebagai figur yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, sehingga pencurian celana jeans-Nya dapat terasa lebih mendalam.

Ironi dan Humor: Kredo Celana mengandung unsur keironisan yang kuat. Dalam konteks keagamaan, pencurian celana jeans Yesus menjadi kisah yang lucu dan tak terduga. Noda darah pada dengkul celana menjadi semacam tanda keagungan yang dijaga oleh Yesus.

Kritik terhadap Konsumerisme: Penggunaan celana jeans sebagai simbol keinginan atau obsesi manusia terhadap barang-barang konsumerisme, meskipun dalam konteks yang tak terduga, menciptakan kritik terhadap nilai-nilai materialistik dalam masyarakat.

Penggambaran Pertunjukan Puisi: Pada bagian akhir puisi, penyair menciptakan gambaran sebuah pertunjukan puisi di gedung pertunjukan. Celana jeans yang agak pudar warnanya menjadi bagian dari pertunjukan tersebut. Hal ini dapat diartikan sebagai penyatuan antara kreativitas sastra dan kehidupan sehari-hari yang mungkin terlihat sederhana.

Refleksi tentang Kehidupan dan Karya Sastra: Puisi ini tidak hanya sebuah kisah lucu, tetapi juga menciptakan refleksi serius tentang kehidupan dan karya sastra. Pilihan penyair untuk menjahit sajak-sajak menjadi sehelai celana adalah gambaran tentang keabadian karya sastra yang menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.

Sarkasme terhadap Pengarang: Pada bagian akhir, penyair menyindir mungkin akan ada seorang ibu yang menjahit sajak-sajaknya menjadi celana dan celananya akan merindukan celana Yesus. Ini dapat dianggap sebagai sarkasme terhadap bagaimana karya sastra sering diolah dan disampaikan oleh masyarakat.

Secara keseluruhan, puisi "Kredo Celana" bukan hanya kisah lucu tentang pencurian celana jeans Yesus, tetapi juga membawa pesan yang lebih mendalam tentang kehidupan, kritik terhadap konsumerisme, dan hubungan antara karya sastra dengan kehidupan sehari-hari.

Puisi: Kredo Celana
Puisi: Kredo Celana
Karya: Joko Pinurbo
© Sepenuhnya. All rights reserved.