Puisi: Tiga Percakapan Telepon (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Tiga Percakapan Telepon" karya Sapardi Djoko Damono menyoroti ketidakpastian, ketidaksepahaman, dan keputusasaan dalam hubungan manusia dan ...
Tiga Percakapan Telepon (1)

"Jadi kau tak akan kembali?
Kenapa tidak dulu-dulu kau bilang
bahwa kau....?"

"Aku capek."

"akan meninggalkanku,
karena aku tak mampu
memberimu..."

"Aku bosan."

"anak. Jadi kau tak akan
kembali? Rumah kita
akan menjelma..."

"Aku kecewa."

"kuburan. Kau akan kutanam
di sudut selatan
pekarangan..."

"Aku benci."

"di tempat kita biasanya
menguburkan tikus
yang tak habis..."

"Aku..."

"dimakan kucing
kesayanganmu."

Tiga Percakapan Telepon (2)

"Suaramu tak begitu jelas!"

(Deru sepeda motor,
suara kereta listrik,
orang-orang...)

"Di mana kau?"

(mobil yang knalpotnya dicopot,
teriak tukang roti,
anak-anak ribut...)

"Pakai telpon umum, ya?"

(seperti isak tangis,
seperti tetesan air
dari atap yang bocor...)

"Kau mau bilang apa?"

(seperti lolong anjing
yang sepanjang malam
terbawa angin...)

"kau main-main, ya?"

(seperti suara kucing
yang terlindas mobil
ketika menyeberang jalan...)

"Suaramu tak begitu jelas!"

Tiga Percakapan Telepon (3)

"Ya, lantas?"

"Ya dibawa polisi. Itu lho,
waktu ada bakar-bakaran."

"Oke, lantas?"

"Kau tahu, Amin kerja di restoran
yang dibakar orang kampung;
ia membawa pulang beberapa panci."

"Lantas?"

"Ya itu, ia dijemput polisi.
Katanya ikut njarah."

"Lantas, kenapa nelpon?"

"Ya itu, adiknya bunting.
Tidak mau ngaku siapa.
Kepala sekolah bilang,
Bu, gadis hamil tidak pantas
mengikuti pelajaran. Maaf, anak Ibu
pindah sekolah saja –
kalau ada yang mau menerima.
Begitu katanya.
Ya, Wati sekarang di rumah,
tak sekolah."

"Tapi, untuk apa kau nelpon?"

"Ya itu, suamiku kena PHK.
Taukenya lari menyelamatkan diri.
Katanya, Di sini kagak aman,
usaha di tempat lain aja."

"Memangnya kenapa?"

"Ya bagaimana?
Apa yang harus ku-&^#*(0&8%)?"

"Apa?"

"*&^*%2-5=!"

"Halo! Narti! Halo!
Apa yang bisa kukerjakan
untuk menolongmu?"

"&*^%$*&*klk!"

"Halo! Halo! Jangan!"

Sumber: Melipat Jarak (2015)

Analisis Puisi:

Puisi "Tiga Percakapan Telepon" karya Sapardi Djoko Damono adalah sebuah karya yang menampilkan tiga percakapan telepon yang singkat namun penuh dengan makna yang dalam. Setiap percakapan menyoroti aspek-aspek hubungan manusia, kebingungan, dan kehidupan sehari-hari.

Percakapan Telepon (1)

Dalam percakapan pertama, terdapat ketidaksepahaman antara dua individu yang sedang berbicara melalui telepon. Ketidakmampuan untuk kembali dan kekecewaan menghasilkan percakapan yang penuh dengan rasa kecewa dan keputusasaan. Kata-kata yang digunakan, seperti "aku bosan," "aku kecewa," dan "aku benci," mencerminkan ketidakmampuan untuk memahami dan menerima situasi.

Percakapan Telepon (2)

Percakapan kedua menyoroti kebingungan dan kesulitan dalam berkomunikasi. Suara yang samar dan lingkungan yang bising menciptakan suasana kekacauan dan ketidakpastian. Pada akhirnya, komunikasi menjadi tidak jelas dan sulit dipahami, mencerminkan konflik dan ketidakmampuan untuk saling mendengar dan memahami.

Percakapan Telepon (3)

Percakapan terakhir menyoroti kebingungan dan keputusasaan dalam menghadapi masalah kehidupan sehari-hari. Dialog yang terputus-putus dan kekacauan dalam informasi mencerminkan ketidakpastian dan kecemasan dalam menghadapi tantangan hidup.

Secara keseluruhan, puisi ini menyoroti ketidakpastian, ketidaksepahaman, dan keputusasaan dalam hubungan manusia dan kehidupan sehari-hari. Melalui percakapan telepon yang singkat namun kuat, Sapardi Djoko Damono berhasil menggambarkan kompleksitas dan kerumitan dalam hubungan manusia.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Tiga Percakapan Telepon
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.