Puisi: Di Apartemen Erick (Karya Agus R. Sarjono)

Puisi "Di Apartemen Erick" karya Agus R. Sarjono menggambarkan gambaran atmosfer dan perasaan yang dialami oleh sekelompok individu yang tinggal ....
Di Apartemen Erick


Di apartemen tingkat sepuluh,
di pinggiran Utrecht bintang-bintang tak kelihatan.
Tapi lampu-lampu kota berkedipan bagai kunang di jauhan.
Di luar badai salju dan angin kencang.
Kami lepas mantel dan hati yang tegang.
Erick, Inggrid, Nenden, Karen dan Medelin saling berpandangan,
menghirup teh panas
membuka buku puisi dan memetik gitar.

Kami nyanyikan lagu-lagu lama.
Nyiur hijau di tepian pantai yang jauh, desaku
wahai desaku yang kucinta tanah air beta.

Sambil mengusap airmata, seperti mengusap luka
dan sakit yang purba,
Medelin melenguh diam-diam

Sudah berlayar jauh kemari
ooh jauh kemari, tanah Ambon
wahai tanah Ambon selalu saja berdebur dalam ingatan.
Tapi malam telah kelewat dalam.
Di bawah badai salju kami berarak menuju halte sambil berseru
Que sera-sera, apa yang bakal terjadi biar terjadi
Kamipun faham akhirnya.
Tanah air abadi selalu serupa mimpi.
Negeri-negeri yang dicintai,
kenangan-kenangan lama yang enggan mati.
Di dalam kereta kami biasakan diri
menjalani patah hati ini.


1999

Sumber: Suatu Cerita dari Negeri Angin (2001)

Analisis Puisi:
Puisi "Di Apartemen Erick" karya Agus R. Sarjono menggambarkan gambaran atmosfer dan perasaan yang dialami oleh sekelompok individu yang tinggal di sebuah apartemen di pinggiran kota Utrecht. Puisi ini menciptakan suasana intim dan reflektif, serta menggambarkan hubungan antarindividu dan keterhubungan mereka dengan tanah air dan kenangan masa lalu.

Setting Apartemen dan Keadaan Cuaca: Puisi ini dibuka dengan penggambaran apartemen di tingkat sepuluh di pinggiran Utrecht. Penyair menggambarkan cuaca di luar dengan badai salju dan angin kencang. Setting ini menciptakan kontras antara kehangatan dan kenyamanan di dalam apartemen dengan ketidakpastian dan kerasnya cuaca di luar.

Hubungan Antarindividu: Puisi ini memperkenalkan beberapa tokoh seperti Erick, Inggrid, Nenden, Karen, dan Medelin. Mereka diperlihatkan berinteraksi dan saling berpandangan, menciptakan suasana kebersamaan dan persahabatan. Aktivitas seperti minum teh panas, membaca buku puisi, dan memetik gitar menggambarkan momen santai dan kedekatan emosional antarindividu.

Kenangan dan Nostalgia: Puisi ini menggambarkan momen-momen ketika para tokoh menyanyikan lagu-lagu lama dan mengingatkan tentang tanah air dan kenangan masa lalu. Referensi terhadap nyiur hijau di tepian pantai dan tanah Ambon menciptakan perasaan nostalgia dan keterhubungan dengan akar budaya dan tanah kelahiran.

Patah Hati dan Penghayatan: Penyair menggunakan bahasa yang sangat menggugah perasaan saat menggambarkan perasaan Medelin yang melenguh diam-diam. Kata-kata seperti "usap airmata" dan "mengusap luka dan sakit yang purba" menggambarkan penghayatan mendalam terhadap pengalaman pribadi yang mungkin penuh dengan kesedihan dan kepedihan.

Que Sera-Sera: Terjemahan yang diselipkan dari frase "Que sera-sera, apa yang bakal terjadi biar terjadi" memberikan makna bahwa nasib dan masa depan adalah hal yang tidak bisa sepenuhnya dikendalikan oleh manusia. Frase ini juga menggambarkan sikap penerimaan dan keprihatinan yang dihadapi oleh individu dalam puisi ini terhadap nasib dan perjalanan hidup mereka.

Tanah Air dan Identitas: Puisi ini mengekspresikan keterikatan dan identitas terhadap tanah air dan akar budaya. Meskipun jauh dari tanah air, kenangan dan rasa cinta terhadap negeri terus hidup dalam pikiran para tokoh. Puisi ini mencerminkan pentingnya identitas budaya dan rasa kebersamaan meskipun dalam situasi yang berbeda.

Puisi "Di Apartemen Erick" oleh Agus R. Sarjono adalah karya sastra yang menggambarkan momen intim dan reflektif dari sekelompok individu yang tinggal di sebuah apartemen di pinggiran kota Utrecht. Puisi ini menciptakan suasana nostalgia, persahabatan, dan kebersamaan, sambil menggambarkan rasa cinta terhadap tanah air dan kenangan masa lalu. Melalui penggambaran perasaan dan interaksi antarindividu, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang hubungan manusia dengan kenangan, tanah air, dan identitas budaya.

Agus R. Sarjono
Puisi: Di Apartemen Erick
Karya: Agus R. Sarjono

Biodata Agus R. Sarjono:
  • Agus R. Sarjono lahir pada tanggal 27 Juli 1962 di Ban­dung, Jawa Barat, Indonesia.
  • Agus R. Sarjono aktif menulis puisi, esai, cerpen, kritik, dan drama. Ia juga dikenal sebagai editor dan penerjemah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.