Analisis Puisi:
Puisi "Jakarta Hari Ini" karya Diah Hadaning adalah sebuah refleksi tentang Jakarta, ibu kota Indonesia, yang kompleks dan bertentangan.
Gambaran Hidup yang Penuh dengan Kontras: Puisi ini menggambarkan Jakarta sebagai kota yang penuh dengan kontras. Di satu sisi, ada gambaran gemerlap dan ramah dari aspek perkotaan yang modern, yang diwakili oleh "ramah wajahnya" dan "bias lampu sejuta". Namun, di sisi lain, ada gambaran kesengsaraan dan ketidakadilan yang ada di tengah-tengah gemerlapnya kota, terlihat dari "tubuh-tubuh yang tersia" dan "bocah penjaja koran yang berebut naik bis kota".
Perjalanan Fisik dan Metaforis: Puisi ini menggambarkan perjalanan fisik melalui Jakarta, dari satu tempat ke tempat lainnya, sebagai metafora dari perjalanan melalui kehidupan kota yang dinamis dan beragam. Penyair mengeksplorasi perasaan bercampur aduk yang muncul saat menemui berbagai realitas yang berbeda di setiap sudut kota.
Konflik Batin dan Moralitas: Penyair mencerminkan konflik batin antara menikmati kehidupan kota yang gemerlap dan modern, sementara juga menyaksikan sisi gelapnya yang dipenuhi dengan kesengsaraan dan ketidakadilan. Puisi ini menggambarkan pertentangan moral antara kesenangan dan pertimbangan etis terhadap penderitaan orang lain.
Kritik Sosial: Puisi ini mengandung kritik sosial terhadap ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang ada di Jakarta. Penyair menyoroti kesenjangan sosial antara mereka yang menikmati kemakmuran kota dan mereka yang hidup dalam kesulitan dan ketidakpastian.
Puisi "Jakarta Hari Ini" adalah sebuah puisi yang menampilkan gambaran yang kompleks dan bertentangan tentang kehidupan di Jakarta. Dengan menggunakan gambaran yang kuat dan bahasa yang lugas, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan realitas kehidupan kota yang dinamis, serta pertentangan moral yang timbul dari pertemuan dengan realitas yang berbeda-beda.