Puisi: Kidung di Purnama Mei (Karya Diah Hadaning)

Puisi "Kidung di Purnama Mei" karya Diah Hadaning menggambarkan alam, kenangan, dan pertemuan spiritual dengan tokoh yang dihormati.
Kidung di Purnama Mei
Bagi Sang Guru Nurani


Tiada bunga-bunga ungu wistarias
di hamparan telaga itu, Romo
melainkan gondosuli putih
di hamparan jiwa suwung sekian musim
aromanya mekarkan persahabatan anak manusia
aromanya sebagian kau bawa serta, Romo
sebagian yang tersisa kuabadikan
di antara tiris hujan di teritisan
kampung-kampung jauh di pedalaman
di antara desir pagi langkah-langkah
orang sederhana di gunung dan bukitan.

Masih kusimak aksara-aksaramu itu
dalam lembar buku-buku kenangan
semua menyatu dalam purnama Mei
di bukit Selatan saat aku bersaksi
sementara ombak samar jauh di bawah
menyalami malam diam-diam
Romo, kukirim doa dari lubuk jiwa
lewat getar alam semesta
damailah damai di alam keabadian
harumlah harum kasihmu pada sesama
terimalah kidungku menyusuri langit purba
mencari senyuman arifmu jua.


Parangtritis, Mei 2000

Analisis Puisi:
Puisi adalah medium yang kuat untuk menyampaikan perasaan, pemikiran, dan makna dalam bentuk yang kreatif. "Kidung di Purnama Mei" karya Diah Hadaning adalah karya sastra yang menggambarkan alam, kenangan, dan pertemuan spiritual dengan tokoh yang dihormati.

Tema Puisi: Tema utama dalam puisi ini adalah kenangan, pertemuan spiritual, dan makna dalam alam. Penyair merenungkan perasaan kehilangan dan kerinduan kepada seseorang yang mungkin telah meninggal. Purnama Mei adalah momen yang menyatukan alam, kenangan, dan pertemuan spiritual.

Gambaran Alam: Puisi ini menciptakan gambaran alam yang kuat, dengan referensi pada bunga-bunga dan aroma gondosuli putih. Gondosuli putih adalah simbol kecantikan dan kesucian. Penyair menggambarkan alam sebagai bagian dari jiwa manusia dan menghubungkannya dengan aroma persahabatan.

Metafora: Puisi ini menggunakan banyak metafora yang menggugah imajinasi. "Aromanya mekarkan persahabatan anak manusia" adalah contoh bagaimana aroma bunga menjadi metafora untuk hubungan antarmanusia dan persahabatan. Aroma yang tersisa diabadikan dalam kenangan dan hubungan di pedalaman.

Kenangan: Puisi ini menciptakan gambaran kenangan yang diabadikan dalam lembar buku-buku kenangan. Kenangan adalah bagian penting dari kehidupan manusia, dan penyair mengungkapkan kerinduan dan penghargaannya terhadap kenangan.

Pertemuan Spiritual: Puisi ini menciptakan suasana pertemuan spiritual dengan tokoh yang dihormati, yang disebut "Romo." Meskipun tidak dijelaskan secara rinci, pertemuan ini menciptakan gambaran pertemuan dengan seseorang yang memiliki makna mendalam dalam hidup penyair.

Purnama Mei: Purnama Mei adalah momen penting dalam puisi ini. Ini adalah momen di mana alam dan kenangan bersatu. Purnama Mei adalah simbol keabadian dan keharmonisan.

Pesan Spiritual: Penyair mengirimkan doa untuk damai di alam keabadian. Puisi ini mengajak untuk menjaga kedamaian, persahabatan, dan harum kasih terhadap sesama. Pesan spiritual dan kebijaksanaan ditemukan dalam kata-kata penyair.

Puisi "Kidung di Purnama Mei" adalah karya sastra yang memadukan alam, kenangan, pertemuan spiritual, dan pesan spiritual. Diah Hadaning menciptakan suasana yang memikat dengan kata-katanya dan memungkinkan pembaca untuk merenungkan hubungan manusia dengan alam, kenangan, dan pertemuan spiritual. Puisi ini menawarkan makna yang dalam dan mempesona bagi pembaca yang siap untuk menggali maknanya.

"Puisi: Kidung di Purnama Mei (Karya Diah Hadaning)"
Puisi: Kidung di Purnama Mei
Karya: Diah Hadaning
© Sepenuhnya. All rights reserved.