Puisi: Panorama (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Panorama" karya Sapardi Djoko Damono menggambarkan kompleksitas proses kreatif dan keintiman yang terkandung dalam pembuatan puisi.
Panorama

"Aku mau menulis puisi!" teriakmu. Hanya kabut yang terkejut. Sementara ada yang dalam dirimu sibuk keluar masuk. Sementara kau bersitahan pada panorama: kebun teh, jalan setapak, bunga-bunga kecil yang mekar di pinggirnya, kerikil di bawah sepatu, dan udara dingin. "Aku mau menulis puisi!"

Hanya dua-tiga ekor burung yang terkejut ketika melintas di sela-sela kabut. Sementara ada yang dengan susah payah masuk ke dalam pori-pori kulitmu, dan lolos lagi lewat dua bola matamu. Kau tak berhasrat mengenalnya, tak hendak bertanya, Kau siapa? Sementara ada yang menunggu cahaya pertama agar bisa menjelma bayang-bayangmu. Kabut memang mengambang agar kau tidak sepenuhnya menjelma bayang-bayang, agar yang tak kaukenal itu tidak terperangkap dalam paru-parumu. Agar ia bisa menyusup dan mendengar degup jantungmu. Agar mendengar teriakmu, "Aku mau menulis puisi!" ketika kau disekap panorama itu.

Cahaya pertama berbuih dalam kabut di punggung gunung, tumpah ke lembah, leleh ke pucuk-pucuk teh, katanya: "Aku mau menulis puisi!" Kau terkejut dan kabut surut. Ada yang bersikeras lolos dari pori-pori kulitmu menangkap hangat cahaya dan memanjang di belakangmu. Kau tak memperhatikannya.

"Aku mau menulis puisi!" teriakmu. Tak ada lagi yang terkejut. Suaramu luluh dalam panorama: langit, bukit, pucuk-pucuk teh, jalan setapak, kerikil, bunga-bunga kecil. Kau pun mendadak senyap dalam teriakanmu.

Sumber: Melipat Jarak (2015)

Analisis Puisi:

Puisi "Panorama" karya Sapardi Djoko Damono adalah karya yang memikat dan menyajikan gambaran yang kuat tentang proses kreatif dan perasaan yang muncul saat seseorang terinspirasi untuk menulis puisi.

Proses Kreatif dan Inspirasi: Puisi ini menggambarkan proses kreatif seseorang yang ingin menulis puisi. Penggalan "Aku mau menulis puisi!" merupakan seruan dari pembuat puisi yang penuh semangat untuk mengekspresikan diri. Namun, seruan itu hanya merespon dengan kabut yang terkejut, menggambarkan ketidakpedulian alam terhadap proses kreatif manusia.

Kehadiran Alam: Alam, dengan gambaran kebun teh, jalan setapak, dan bunga-bunga kecil, hadir sebagai bagian penting dalam puisi ini. Alam memberikan latar belakang yang indah dan menambahkan dimensi emosional pada proses menulis puisi. Ketika pembuat puisi berteriak bahwa dia ingin menulis, alam seakan menjadi pendengar yang pasif namun penuh makna.

Kesunyian dalam Teriakan: Meskipun pembuat puisi memperjuangkan keinginannya untuk menulis, teriakannya terdengar sunyi di antara panorama alam yang luas. Hal ini mencerminkan kesendirian dan ketidakmampuan untuk benar-benar mengungkapkan diri di hadapan kebesaran alam.

Perjumpaan Diri: Ada elemen introspeksi yang kuat dalam puisi ini. Meskipun dihadapkan dengan keindahan alam yang luas, pembuat puisi merasa terjebak dalam dirinya sendiri. Kehadiran alam tidak cukup untuk membebaskan pikiran dan menginspirasi puisi.

Kabut Sebagai Metafora: Kabut dalam puisi ini dapat diinterpretasikan sebagai representasi dari ketidakjelasan dan kebingungan dalam pikiran pembuat puisi. Ketika kabut surut, cahaya pertama yang berbuih memberikan harapan dan munculnya pemahaman yang lebih jelas.

Puisi "Panorama" memberikan gambaran yang kuat tentang perjuangan internal seseorang dalam mengekspresikan diri melalui karya sastra. Dengan menggunakan alam sebagai latar belakang, Sapardi Djoko Damono menggambarkan kompleksitas proses kreatif dan keintiman yang terkandung dalam pembuatan puisi.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Panorama
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.