Puisi: Ziarah (Karya Joko Pinurbo)

Puisi || Ziarah || Karya || Joko Pinurbo ||
Ziarah


Masih ada sebuah rumah di sana
yang tak pernah mengharap seseorang
datang mengunjunginya.
Masih ada dinding-dinding kusam,
ruang bersih terang, jendela-jendela putih
tempat senja berpendaran
dengan rambutnya yang keemasan.
Masih ada si kecil lagi asyik menggambar
pada tembok penuh coretan.

"Semalam hujan singgah sebentar,
dan setelah meninggalkan riciknya di kulkas itu
ia pun berangkat ke sebuah kota yang jauh."
Ingin kupeluk dan kucium parasnya yang lucu,
tapi tak ingin dunia kecilnya kusintuh.
"Lihat, aku sedang melukis laut, gerimis
dan perahu oleng yang dikayuh nelayan kecil
menuju pantai yang teduh."

Masih. Masih ada seseorang sedang duduk
membungkuk di bawah redup cahaya,
khusyuk membaca berkas-berkas tua.
"Semalam si mayat datang dengan baju baru.
Ia titipkan salam manisnya untukmu."
Ingin kuterima batuknya dalam paru-paruku
tapi tak ingin kusintuh kantuknya, rindunya
sebab hatinya lebih tegar dari waktu.

"Maaf, aku sedang membaca surat-surat
yang telah lama kutulis, tapi tak pernah
kukirim karena tak kutahu alamatmu."


1997

Sumber: Celana (1999)

Analisis Puisi:
Puisi "Ziarah" karya Joko Pinurbo memiliki beberapa hal yang menarik, antara lain:
  1. Gambaran Rumah yang Terabaikan: Puisi ini menggambarkan sebuah rumah yang terabaikan, di mana tidak ada yang mengunjunginya. Dinding-dindingnya kusam, tapi masih memiliki keindahan dalam ruang bersih terang dan jendela-jendela putih. Gambaran ini menciptakan suasana melankolis yang membangkitkan rasa nostalgia dan kesepian.
  2. Sentuhan Keindahan Alam: Puisi ini menciptakan gambaran senja yang berpendaran dengan rambutnya yang keemasan, menghadirkan keindahan alam ke dalam puisi. Ada lukisan laut, gerimis, dan perahu oleng yang dikayuh nelayan kecil menuju pantai yang teduh. Gambaran ini memberikan nuansa yang tenang dan menggugah imajinasi pembaca.
  3. Ketegaran dan Keberanian Seseorang: Puisi ini menggambarkan seseorang yang masih duduk membungkuk di bawah redup cahaya, khusyuk membaca berkas-berkas tua. Meskipun mayat datang dengan baju baru dan mengirimkan salam manis, orang tersebut tetap tegar dan kuat dalam hatinya. Hal ini mencerminkan ketegaran dan keberanian seseorang dalam menghadapi kehidupan dan rasa kehilangan.
  4. Surat-surat yang Tak Pernah Dikirim: Puisi ini menyentuh pada tema surat-surat yang telah lama ditulis, tapi tidak pernah dikirim karena tidak ada alamat tujuannya. Puisi ini menciptakan rasa penasaran dan harapan yang terpendam, menunjukkan bahwa ada pesan-pesan yang ingin disampaikan, tetapi tidak memiliki jalan untuk mencapai tujuan.
Puisi "Ziarah" menghadirkan gambaran rumah yang terabaikan, keindahan alam, ketegaran seseorang, dan surat-surat yang tak pernah dikirim. Melalui gambaran-gambaran tersebut, puisi ini membangkitkan perasaan nostalgia, kesepian, dan harapan yang terpendam.

Puisi Ziarah
Puisi: Ziarah
Karya: Joko Pinurbo
© Sepenuhnya. All rights reserved.