Puisi: Unta (Karya Taufiq Ismail)

Puisi "Unta" karya Taufiq Ismail menggambarkan perjumpaan antara manusia dan hewan, yang pada akhirnya memberikan pemahaman lebih dalam tentang ...
Unta


“Hai unta, mengapa wajahmu kelihatan sedih selalu?
Dan kenapa kamu jalan membungkuk-bungkuk seperti nenek tua?”

“Hai anak, janganlah kamu berkata seperti itu
Saya memang seekor unta yang biasa,  makhluk Tuhan juga”

“Orang-orang menyebutku kapal padang pasir
Karena saya tahan jalan berhari-hari dalam panas yang seperti api
Sambil membawa beban manusia dan barang-barang pula
Memang tidak cepat, tapi badanku amat kuat”

“Hai unta, tidak hauskah engkau dalam perjalananmu
Di padang pasir yang panasnya seperti api itu?”

“Hai anak, memang aku sering haus sekali
Tapi sekali minum, seratus liter kuteguk habis
Untuk persediaan lamanya berhari-hari
Apalagi kalau tidak bertemu sumber air bernama oasis”

“Hai unta, mengapa punggungmu bengkak macam begitu?
Kalau kamu sakit ayolah kubawa ke dokter hewan teman ayahku”

“Hai anak, punggungku ini sehat tidak kurang suatu apa
Memang menonjol tapi inilah yang namanya punuk
Tempat simpanan makanan kalau tidak bertemu rumput dan daunan
Jadi kalau lapar punuk ini sumber makanan persediaan”

“Hai unta, apa yang melindungimu dari panas terik dan badai pasir
Dan rumput-rumput berduri makananmu?”

“Hai anak, buluku tebal menutupi seluruh badanku
Melindungiku dari sinar matahari dan badai pasir
Bibirku tebal dan gigiku kuat melawan rumput berduri
Bulu mataku panjang menangkis pasir yang bertiup
Dan kakiku berkuku tebal sehingga aku tak kan terbenam di pasir.”


Sumber: Kenalkan, Saya Hewan (1976)

Analisis Puisi:
Puisi "Unta" karya Taufiq Ismail adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan percakapan antara seorang anak dan seekor unta. Dalam puisi ini, unta menjawab pertanyaan-pertanyaan anak dengan menjelaskan karakteristik fisik dan kemampuannya.

Dialog Antara Manusia dan Hewan: Puisi "Unta" menciptakan dialog antara manusia (anak) dan hewan (unta), yang memberikan kesan kesetaraan antara makhluk hidup. Dialog ini memungkinkan pembaca untuk melihat dunia melalui perspektif unta dan memahami pandangannya.

Pertanyaan Anak: Puisi ini dimulai dengan serangkaian pertanyaan anak kepada unta. Anak-anak sering kali memiliki rasa ingin tahu yang besar dan ingin memahami dunia di sekitar mereka. Pertanyaan-pertanyaan ini mencerminkan ketidakpahaman anak terhadap unta dan memberikan dasar bagi penjelasan yang diberikan oleh unta.

Penjelasan dari Unta: Unta memberikan penjelasan tentang tampilan fisiknya, kemampuannya, dan cara dia bertahan di padang pasir yang keras. Dia menjelaskan bahwa penampilannya yang kelihatan "sedih" adalah karakteristik fisiknya dan bukan tanda kelemahan atau penderitaan. Ungkapan "seekor unta yang biasa" menggambarkan sikap merendah diri dan menerima diri sendiri.

Kehidupan di Padang Pasir: Puisi ini menggambarkan kehidupan yang keras di padang pasir dan bagaimana unta mampu bertahan di lingkungan yang keras tersebut. Dia menjelaskan kemampuannya untuk bertahan hidup dalam panas yang seperti api dan membawa beban manusia serta barang-barang dalam perjalanan yang berhari-hari. Ini menciptakan gambaran tentang kekuatan dan ketahanan unta.

Penjelasan tentang Punuk: Unta menjelaskan bahwa punuknya adalah tempat penyimpanan makanan yang berguna ketika dia tidak bisa menemukan rumput atau daunan. Ini adalah contoh adaptasi alamiah yang memungkinkannya bertahan hidup dalam kondisi lingkungan yang sulit.

Perlindungan Tubuh: Unta dijelaskan bagaimana bulu tebal, bibir tebal, gigi kuat, bulu mata panjang, dan kuku tebal membantunya melindungi dirinya dari elemen-elemen keras seperti panas terik, badai pasir, dan rumput berduri. Ini menggambarkan adaptasi fisik yang luar biasa yang dimiliki oleh unta untuk bertahan hidup di padang pasir.

Pesan tentang Penerimaan dan Kekuatan: Puisi "Unta" juga mengandung pesan yang lebih dalam tentang penerimaan diri dan kekuatan yang dimiliki oleh individu. Melalui dialog ini, pembaca diajak untuk melihat bahwa setiap makhluk memiliki keunikannya sendiri dan kemampuan untuk bertahan dalam situasi yang sulit.

Gaya Bahasa: Taufiq Ismail menggunakan bahasa yang sederhana dan deskriptif dalam puisi ini. Dia menggunakan dialog antara anak dan unta untuk menjelaskan karakteristik dan kemampuan unta dengan cara yang mudah dipahami. Gaya penulisan ini memudahkan pembaca untuk meresapi pesan dalam puisi.

Puisi "Unta" adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perjumpaan antara manusia dan hewan, yang pada akhirnya memberikan pemahaman lebih dalam tentang makhluk tersebut. Ini juga menciptakan kesempatan untuk merenungkan penerimaan diri dan kekuatan yang dimiliki oleh setiap individu, serta adaptasi alamiah yang diperlukan untuk bertahan dalam lingkungan yang keras.

Puisi Taufiq Ismail
Puisi: Unta
Karya: Taufiq Ismail

Biodata Taufiq Ismail:
  • Taufiq Ismail lahir pada tanggal 25 Juni 1935 di Bukittinggi, Sumatera Barat.
  • Taufiq Ismail adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.