Puisi: Kuintet (Karya Nirwan Dewanto)

Puisi "Kuintet" karya Nirwan Dewanto menggambarkan dinamika hubungan antara individu-individu dalam sebuah konteks yang kaya dengan simbolisme dan ...
Kuintet

Namaku piano, dan bebilahku lelah oleh jemarimu.
Namaku klarinet, dan mulutku mencurigai mulutmu.
Aku teramat haus, tapi telingamu hanya menatapku.
Baiklah, di bawah sorot lampu akan kupuja sepatumu.

Di depan kita, mereka yang hanya membawa bola mata
Mengira kita pasangan yang serasi meninggi menari.
Tapi namaku biolin, dan betapa dawaiku sudah beruban.
Dan kau masih hijau, masih menghapal khazanah lagu.

Mereka bertepuk tangan ketika terhunus pisau tiba-tiba
Dari balik lambungku, siap menyadap madu di lehermu.
Ternyata namaku kontrabas, dan aku jirih pada pujian.

Mereka memacuku ke puncak penuh karangan kembang.
Maka namaku masih marimba, dan kuseret kau ke danau.
Di mana si komponis buta rajin mencuci telinga mereka.

2009

Sumber: Buli-Buli Lima Kaki (2010)

Analisis Puisi:

Puisi "Kuintet" karya Nirwan Dewanto adalah sebuah karya yang menarik yang menggunakan metafora alat musik untuk menggambarkan dinamika hubungan antara individu. Dengan menggunakan bahasa yang kuat dan imajinatif, puisi ini menyelidiki tema-tema seperti hubungan antar manusia, ketidaksesuaian, dan pencarian identitas.

Metafora Alat Musik: Dalam puisi ini, setiap baris menggambarkan metafora alat musik yang menggambarkan peran atau identitas dalam hubungan. Misalnya, piano, klarinet, biola, kontrabas, dan marimba mewakili peran-peran yang berbeda dalam kisah ini.

Dinamika Hubungan: Melalui metafora alat musik, penyair menggambarkan dinamika hubungan yang rumit antara individu. Ada ketidaksesuaian yang terasa di antara mereka, yang tercermin dalam perbedaan warna dalam kisah ini - jirih, kehausan, dan kehijauan yang kontras.

Perbedaan Usia dan Pengalaman: Penyair menyoroti perbedaan usia dan pengalaman antara individu-individu yang terlibat dalam hubungan tersebut. Salah satu tokoh dianggap "sudah beruban" sementara yang lain masih "menghapal khazanah lagu" yang menggambarkan ketidakselarasan dalam pengalaman hidup.

Ketidakcocokan dan Ketidaknyamanan: Puisi mengungkapkan ketidakcocokan dan ketidaknyamanan dalam hubungan melalui metafora yang kuat. Ada ketegangan yang dirasakan, terutama dalam baris yang menggambarkan kontrabas merasa "jirih pada pujian" yang menunjukkan ketidaknyamanan dalam situasi tersebut.

Ironi dan Kritik Sosial: Ada elemen ironi dan kritik sosial dalam puisi ini, terutama dalam baris yang menggambarkan mereka "membawa bola mata" dan komponis yang "buta rajin mencuci telinga mereka." Ini mungkin merujuk pada ketidaktahuan atau ketidakpekaan orang-orang terhadap kompleksitas hubungan dan perasaan individu.

Puisi "Kuintet" adalah sebuah karya yang kompleks dan menggugah pikiran yang menggambarkan dinamika hubungan antara individu-individu dalam sebuah konteks yang kaya dengan simbolisme dan metafora alat musik. Ini mengajak pembaca untuk merenungkan perbedaan dan ketidaksesuaian dalam hubungan manusia serta tantangan dalam mencapai pemahaman dan keselarasan.

Nirwan Dewanto
Puisi: Kuintet
Karya: Nirwan Dewanto

Biodata Nirwan Dewanto:
  • Nirwan Dewanto lahir pada tanggal 28 September 1961 di Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.