Puisi: Catetan Tahun 1946 (Karya Chairil Anwar)

Puisi "Catetan Tahun 1946" karya Chairil Anwar adalah refleksi mendalam tentang ketidakpastian, kebingungan, dan semangat untuk memahami serta ...
Catetan Tahun 1946

Ada tanganku, sekali akan jemu terkulai
Mainan cahya di air hilang bentuk dalam kabut,
Dan suara yang kucintai 'kan berhenti membelai.
Kupahat batu nisan sendiri dan kupagut.

Kita — anjing diburu — hanya melihat sebagian dari sandiwara sekarang
Tidak tahu Romeo & Juliet berpeluk di kubur atau di ranjang
Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu
Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat.

Dan kita nanti tiada sawan lagi diburu
Jika bedil sudah disimpan, cuma kenangan berdebu;
Kita memburu arti atau diserahkan kepada anak lahir sempat.
Karena itu jangan mengerdip, tatap dan penamu asah,
Tulis karena kertas gersang, tenggorokan kering sedikit mau basah!

1946

Sumber: Deru Campur Debu (1949)

Analisis Puisi:
Puisi "Catetan Tahun 1946" karya Chairil Anwar menghadirkan perenungan tentang keterbatasan manusia dalam memahami makna dan arah kehidupan serta arti dari pengalaman-pengalaman yang dilalui. Puisi ini juga mencerminkan perasaan kebingungan, ketidakpastian, dan semangat untuk mengambil tindakan serta meninggalkan catatan mengenai perjalanan hidup.

Keterbatasan Manusia dalam Memahami Kehidupan: Dalam puisi ini, Chairil Anwar mengekspresikan perasaan terbatasnya manusia dalam memahami esensi kehidupan. Dia menggunakan gambaran tangannya yang akan "jemu terkulai" sebagai simbol untuk kelelahan dan kepenatan akan pengalaman hidup. Pemainan cahaya yang "hilang bentuk dalam kabut" menggambarkan ketidakjelasan dan ketidakpastian dalam mengartikan pengalaman-pengalaman tersebut.

Kepergian Suara yang Dicintai: Puisi ini juga menggambarkan rasa kehilangan suara yang dicintai, yang "berhenti membelai." Ini bisa diasosiasikan dengan kehilangan seseorang yang berarti dalam hidup, baik secara fisik maupun emosional.

Kehidupan Sebagai Sandiwara: Chairil Anwar menggunakan gambaran "sandiwara" untuk menggambarkan kehidupan. Dengan menggambarkan diri kita sebagai "anjing diburu" yang hanya melihat sebagian dari sandiwara, dia menyiratkan bahwa manusia hanya dapat melihat sebagian kecil dari kebenaran atau makna di balik peristiwa-peristiwa hidup.

Pentingnya Menyimpan Kenangan dan Pengalaman: Penekanan pada pentingnya "dicatet" atau mencatat pengalaman dan makna dari peristiwa-peristiwa hidup menunjukkan semangat untuk menyimpan jejak dan pengertian dari apa yang dialami. Ini mencerminkan dorongan untuk mengambil tindakan dan belajar dari pengalaman demi mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang hidup.

Semangat dan Ketekunan dalam Memahami Kehidupan: Pada akhir puisi, Chairil Anwar menekankan pentingnya menulis dan memahami kehidupan dengan tajam, meskipun kertasnya "gersang" dan tenggorokan "kering." Ini bisa diartikan sebagai ajakan untuk tetap bersemangat dalam menjalani hidup meskipun tantangan dan keterbatasan yang ada.

Puisi "Catetan Tahun 1946" karya Chairil Anwar adalah refleksi mendalam tentang ketidakpastian, kebingungan, dan semangat untuk memahami serta mengambil tindakan dalam menghadapi perjalanan hidup. Dengan menggunakan gambaran tangan, gambaran sandiwara, dan perintah untuk "dicatet," puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan esensi kehidupan dan makna di balik pengalaman-pengalaman yang dialami.

Chairil Anwar
Puisi: Catetan Tahun 1946
Karya: Chairil Anwar

Biodata Chairil Anwar:
  • Chairil Anwar lahir di Medan, pada tanggal 26 Juli 1922.
  • Chairil Anwar meninggal dunia di Jakarta, pada tanggal 28 April 1949 (pada usia 26 tahun).
  • Chairil Anwar adalah salah satu Sastrawan Angkatan 45.
© Sepenuhnya. All rights reserved.