Puisi: Ibadah Sepanjang Usia (Karya Dorothea Rosa Herliany)

Puisi "Ibadah Sepanjang Usia" menggambarkan perjalanan spiritual yang penuh dengan ketidakpastian, keraguan, dan pencarian makna yang terus-menerus.
Ibadah Sepanjang Usia

Kalimat-kalimat yang kau ucapkan
berguguran dalam sahadatku. inilah
kidung yang digumamkan!

Berapa putaran dalam sembahyang langit.
tengadah di bawah hujan yang menaburkan
ayat-ayat tak pernah dibaca.

Aku tak menemu akhir sembahyangku
yang gagap. lilin-lilin tak menyala
dalam ruangan tanpa cahaya. gema mazmur
yang disenandungkan dari ruang mimpimu
beterbangan dalam tidur gelisahku. dan
khotbah yang sayup, bertebaran dari
mulut-mulut kesunyian.

Telah kautabuh loncengmu? sembahyangku
tak juga menemu akhir.


1992

Sumber: Nikah Ilalang (1995)

Analisis Puisi:
Puisi "Ibadah Sepanjang Usia" karya Dorothea Rosa Herliany adalah sebuah ungkapan tentang perjalanan spiritual seseorang yang terus-menerus mencari makna dalam ibadahnya. Dengan bahasa yang kaya dan simbolisme yang kuat, puisi ini menggambarkan perjalanan spiritual yang penuh keteguhan dan ketidakpastian.

Perjalanan Spiritual: Puisi ini mencerminkan perjalanan spiritual yang panjang dan berkelanjutan. Penyair menyampaikan pengalaman pribadinya dalam mencari makna dan kedalaman dalam ibadahnya. Ia menggambarkan ibadah sebagai sebuah perjalanan yang tak pernah berakhir, yang diwarnai oleh pertanyaan-pertanyaan yang menghantui dan ketidakpastian tentang keyakinan.

Ketidakpastian dalam Ibadah: Penyair mengekspresikan ketidakpastian dan keraguan dalam ibadahnya. Ia merasa seperti tidak pernah mencapai akhir dari ibadahnya, seperti ibadahnya selalu terputus atau tidak sempurna. Bahkan, simbol-simbol ibadah seperti lilin yang tak menyala dan lonceng yang tidak berdenting menunjukkan ketidaksempurnaan dan kekosongan dalam praktik ibadahnya.

Keterhubungan dengan Yang Ilahi: Meskipun dihadapkan pada ketidakpastian dan kekosongan dalam ibadah, penyair tetap merasakan kehadiran spiritual yang mengiringi langkahnya. Ayat-ayat yang tak pernah dibaca dan gema mazmur dalam tidur gelisahnya mencerminkan keterhubungannya dengan Yang Ilahi, bahkan di tengah-tengah ketidakpastian dan kekosongan.

Penutup yang Terbuka: Puisi ini tidak memberikan penutup yang pasti atau penyelesaian yang tuntas. Dengan mengajukan pertanyaan terakhir, "Telah kautabuh loncengmu? sembahyangku tak juga menemu akhir," penyair menunjukkan bahwa pencarian spiritualnya masih berlanjut, dan ia masih mencari makna dan kedalaman yang lebih dalam dalam ibadahnya.

Puisi "Ibadah Sepanjang Usia" adalah sebuah puisi yang menggambarkan perjalanan spiritual yang penuh dengan ketidakpastian, keraguan, dan pencarian makna yang terus-menerus. Dengan bahasa yang kuat dan simbolisme yang dalam, puisi ini membangkitkan refleksi tentang arti sejati dari ibadah dan koneksi yang terus-menerus dengan Yang Ilahi dalam perjalanan spiritual seseorang.

Dorothea Rosa Herliany
Puisi: Ibadah Sepanjang Usia
Karya: Dorothea Rosa Herliany

Biodata Dorothea Rosa Herliany:
  • Dorothea Rosa Herliany lahir pada tanggal 20 Oktober 1963 di Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Ia adalah seorang penulis (puisi, cerita pendek, esai, dan novel) yang produktif.
  • Dorothea sudah menulis sejak tahun 1985 dan mengirim tulisannya ke berbagai majalah dan surat kabar, antaranya: Horison, Basis, Kompas, Media Indonesia, Sarinah, Suara Pembaharuan, Mutiara, Citra Yogya, Dewan Sastra (Malaysia), Kalam, Republika, Pelita, Pikiran Rakyat, Surabaya Post, Jawa Pos, dan lain sebagainya.
© Sepenuhnya. All rights reserved.