Puisi: Pantun Pulau Seribu (Karya Ajip Rosidi)

Puisi "Pantun Pulau Seribu" karya Ajip Rosidi mencerminkan kondisi sosial dan politik di Pulau Seribu, sambil mengekspresikan rindu akan kedamaian ...
Pantun Pulau Seribu

Pulau Seribu di Teluk Jakarta
laut tenang langit kelabu;
Hati rindu tak menemukan kata
hendak bersimpuh di pangkuanmu.

Pulau Seribu kebun kelapa
nelayan diusir konglomerat;
Hendak mengadu hati nestapa
karena diri telah khianat.

Pulau Seribu milik siapa
kalau rakyat digusur pejabat;
Diri khianat karena alpa
memohon ampun dunia akhirat.

Sumber: Pantun Anak Ayam (2006)

Analisis Puisi:

Puisi "Pantun Pulau Seribu" karya Ajip Rosidi adalah sebuah puisi yang mengangkat tema sosial dan politik, serta mencerminkan kegelisahan dan keprihatinan akan kondisi sosial di Pulau Seribu, sebuah gugusan pulau di Teluk Jakarta.

Tema dan Konteks Sosial: Puisi ini menyoroti kondisi sosial di Pulau Seribu, yang merupakan daerah pesisir di Teluk Jakarta. Rosidi menggambarkan ketidaksetaraan dalam distribusi kekayaan dan perlakuan yang tidak adil terhadap nelayan lokal oleh pihak berwenang atau konglomerat.

Ketidakadilan Sosial: Penyair mengekspresikan ketidakadilan sosial yang terjadi di Pulau Seribu, di mana nelayan lokal diusir atau terpinggirkan oleh kekuatan ekonomi yang lebih besar. Hal ini tercermin dalam penggambaran "nelayan diusir konglomerat," yang menggambarkan kesenjangan sosial dan ekonomi yang ada.

Kritik terhadap Kekuasaan dan Pengkhianatan: Puisi ini juga mencakup kritik terhadap kekuasaan dan pengkhianatan terhadap rakyat kecil. Ada kesan bahwa kekuatan politik dan ekonomi yang lebih besar tidak memperhatikan kebutuhan dan penderitaan rakyat kecil, seperti yang terungkap dalam baris "Diri khianat karena alpa."

Rindu dan Keheningan: Di sisi lain, puisi ini juga mencerminkan rindu akan kedamaian dan keheningan, yang tercermin dalam gambaran "laut tenang langit kelabu." Namun, rindu ini terganggu oleh realitas sosial yang keras dan ketidakadilan yang ada di Pulau Seribu.

Struktur Pantun: Puisi ini menggunakan struktur pantun, sebuah bentuk puisi tradisional Melayu yang terdiri dari empat baris. Setiap dua baris berikutnya merupakan kelanjutan dari dua baris sebelumnya, dengan pola a-b-a-b. Struktur ini memberikan keindahan dan ritme tersendiri pada puisi.

Puisi "Pantun Pulau Seribu" karya Ajip Rosidi adalah sebuah puisi yang mencerminkan kondisi sosial dan politik di Pulau Seribu, sambil mengekspresikan rindu akan kedamaian dan keadilan. Melalui penggunaan struktur pantun yang khas, Rosidi berhasil menyampaikan pesan yang kuat tentang ketidakadilan sosial dan keinginan akan perubahan yang lebih baik.

Puisi Ajip Rosidi
Puisi: Pantun Pulau Seribu
Karya: Ajip Rosidi

Biodata Ajip Rosidi:
  • Ajip Rosidi lahir pada tanggal 31 Januari 1938 di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat.
  • Ajip Rosidi meninggal dunia pada tanggal 29 Juli 2020 (pada usia 82 tahun) di Magelang, Jawa Tengah.
  • Ajip Rosidi adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.