Puisi: Revitalisasi Sebuah Kutukan (Karya Diah Hadaning)

Puisi "Revitalisasi Sebuah Kutukan" karya Diah Hadaning merenungkan tentang warisan budaya, sejarah, dan hubungan antara manusia dan alam.
Revitalisasi Sebuah Kutukan


Sebuah istana dunia
yang telah membuat garisnya sendiri
pada hitungan tiga kobaran agni
di Sanur-nya Bali
adakah kutukan bangkit
setelah luka membantu
sekian windu
di palung jiwa anak sang empu.

Purnama-purnama telah tenggelam
di hitungan busur malam
masih kukenang
di Sanur sebuah jiwa mengenang
Bali-ku hilang
dalam tarian ganggang
tersisa dalam sekeping kulit kerang pecah
tinggalkan sentuhan darah
di pesisir siang-siang.

Sebuah kutukan lewat
di mega dan langkah penat
saat penjor-penjor diam kalu
saat seorang anak manusia
tusukkan perang kata
di dada pejalan sederhana
setiba di Bali kali pertama.


Sanur, 1998

Analisis Puisi:
Puisi "Revitalisasi Sebuah Kutukan" karya Diah Hadaning adalah karya yang merenungkan tentang sejarah, tradisi, dan pengaruh alam yang ada di Bali. Dalam puisi ini, penyair mencerminkan pemahaman mendalam tentang hubungan antara manusia, alam, dan warisan budaya.

Sebuah Istana Dunia dan Kutukan: Puisi ini dimulai dengan merujuk pada "sebuah istana dunia," yang mungkin merujuk pada Bali sebagai tempat yang menakjubkan dan indah. Namun, penyair juga menyebutkan "kutukan" yang terkait dengan sejarah dan tradisi. Ini mungkin merujuk pada konflik atau perubahan yang telah mempengaruhi Bali selama bertahun-tahun.

Simbol Purnama: Purnama (bulan purnama) adalah simbol penting dalam budaya Bali. Penyair mengatakan bahwa "purnama-purnama telah tenggelam," yang mungkin menggambarkan hilangnya kemegahan atau kemuliaan masa lalu yang berkaitan dengan tradisi Bali.

Sentuhan Darah: Kata-kata "tersisa dalam sekeping kulit kerang pecah, tinggalkan sentuhan darah" dapat diartikan sebagai simbol pengorbanan yang dibuat oleh para pendahulu dalam melestarikan tradisi dan budaya Bali. Darah mewakili pengorbanan dan kesetiaan terhadap nilai-nilai warisan budaya.

Hubungan Manusia dan Alam: Puisi ini menyoroti hubungan yang mendalam antara manusia dan alam. Kata-kata "saat seorang anak manusia tusukkan perang kata" mencerminkan konflik atau pertempuran kata-kata yang mungkin terjadi dalam upaya untuk memahami dan menjaga warisan budaya Bali.

Revitalisasi: Judul puisi, "Revitalisasi Sebuah Kutukan," menyoroti usaha untuk menghidupkan kembali atau memulihkan aspek-aspek dari budaya Bali yang mungkin telah terlupakan atau terpinggirkan. Puisi ini adalah undangan untuk merenungkan kembali nilai-nilai dan tradisi budaya Bali.

Gambaran dan Suasana: Penyair menggunakan bahasa dan gambaran yang khas Bali, seperti "penjor-penjor" (hiasan jalan dalam bentuk tiang bambu), untuk menciptakan suasana yang kaya dan autentik dalam puisi ini. Ini membantu pembaca merasa lebih dekat dengan warisan budaya yang disajikan dalam karya ini.

Puisi "Revitalisasi Sebuah Kutukan" karya Diah Hadaning adalah karya yang merenungkan tentang warisan budaya, sejarah, dan hubungan antara manusia dan alam. Ini mengajak pembaca untuk merenungkan kembali nilai-nilai budaya Bali dan betapa pentingnya menjaga dan memahaminya dalam konteks dunia yang terus berubah.

Puisi: Revitalisasi Sebuah Kutukan
Puisi: Revitalisasi Sebuah Kutukan
Karya: Diah Hadaning
© Sepenuhnya. All rights reserved.