Puisi: Sajak buat Basuki Resobowo (Karya Chairil Anwar)

Puisi "Sajak buat Basuki Resobowo" karya Chairil Anwar adalah karya sastra yang menggambarkan perenungan mendalam tentang perjalanan hidup, tujuan, ..
Sajak buat Basuki Resobowo
(Versi Tiga Menguak Takdir)


Adakah jauh perjalanan ini?
Cuma selenggang! — Coba kalau bisa lebih!
Lantas bagaimana?
Pada daun gugur tanya sendiri,
Dan sama lagu melembut jadi melodi!

Apa tinggal jadi tanda mata?
Lihat pada betina tidak lagi menengadah
Atau bayu sayu, bintang menghilang!

Lagi jalan ini berapa lama?
Boleh seabad... aduh sekerdip saja!
Perjalanan karna apa?
Tanya rumah asal yang bisu!
Keturunanku yang beku di situ!

Ada yang menggamit?
Ada yang kehilangan?
Ah! jawab sendiri! — Aku terus gelandangan....


28 Februari 1947

Sumber: Aku Ini Binatang Jalang (1986)

Catatan:
Puisi "Sajak buat Basuki Resobowo" pernah muncul di buku Chairil Anwar: Pelopor Angkatan 45; merupakan bagian pertama dari puisi yang berjudul "Dua Sajak buat Basuki Resobowo".

Analisis Puisi:
Puisi "Sajak buat Basuki Resobowo" karya Chairil Anwar adalah karya sastra yang menggambarkan perenungan mendalam tentang perjalanan hidup, tujuan, dan arti dari pengalaman-pengalaman yang dilalui. Melalui penggunaan bahasa yang padu dan gambaran yang khas, Chairil Anwar mengajak pembaca untuk merenungkan tentang esensi hidup.

Pencarian Makna dalam Perjalanan: Puisi ini mempertanyakan makna dari perjalanan hidup. Penyair merenung tentang jarak dan lama perjalanan serta tujuan di baliknya. Pertanyaan "Adakah jauh perjalanan ini?" dan "Lagi jalan ini berapa lama?" menggambarkan rasa ingin tahu dan kebingungan mengenai tujuan yang ingin dicapai dalam hidup.

Penegasan Keberadaan Diri: Penyair menggunakan ungkapan "Cuma selenggang!" untuk menekankan bahwa hidup ini hanya sekejap, seperti melintas secara singkat. Namun, penyair juga menyiratkan harapan bahwa hidup dapat lebih berarti dan bermakna, seolah-olah berkata "Coba kalau bisa lebih!" Ini mencerminkan dorongan untuk menjalani hidup dengan penuh penghayatan.

Penggunaan Simbolisme: Penyair menggunakan simbolisme dalam gambaran daun gugur, betina yang tidak lagi menengadah, dan bintang yang menghilang. Simbol-simbol ini menggambarkan perubahan, ketidakpastian, dan hilangnya sesuatu yang berharga. Ini menggambarkan bahwa perjalanan hidup juga melibatkan proses perubahan dan kehilangan.

Pertanyaan tentang Identitas dan Pencarian Diri: Penyair merenungkan tentang identitas dan asal-usulnya dalam perjalanan hidup. Pertanyaan "Apa tinggal jadi tanda mata?" dan "Tanya rumah asal yang bisu!" menggambarkan usaha penyair untuk mencari arti sejati dari eksistensinya dan merenungkan akar-akarnya.

Kesimpulan yang Terbuka: Puisi ini berakhir dengan pernyataan bahwa penyair terus gelandangan dan merasa terombang-ambing dalam pencarian makna hidup. Ini mencerminkan rasa ketidakpastian dan keragu-raguan dalam menghadapi perjalanan hidup yang penuh dengan pertanyaan.

Melalui puisi "Sajak buat Basuki Resobowo," Chairil Anwar mengajak pembaca untuk merenungkan tentang arti dan tujuan dari perjalanan hidup. Dengan penggunaan bahasa yang kuat dan gambaran yang khas, penyair menggambarkan rasa ingin tahu, ketidakpastian, dan keragu-raguan yang melekat dalam setiap langkah perjalanan menuju pencarian makna dan identitas diri.

Chairil Anwar
Puisi: Sajak buat Basuki Resobowo
Karya: Chairil Anwar

Biodata Chairil Anwar:
  • Chairil Anwar lahir di Medan, pada tanggal 26 Juli 1922.
  • Chairil Anwar meninggal dunia di Jakarta, pada tanggal 28 April 1949 (pada usia 26 tahun).
  • Chairil Anwar adalah salah satu Sastrawan Angkatan 45.
© Sepenuhnya. All rights reserved.