Puisi: Sepasang Mempelai (Karya D. Zawawi Imron)

Puisi "Sepasang Mempelai" karya D. Zawawi Imron menggambarkan perasaan, harapan, dan kesucian dalam momen pernikahan.
Sepasang Mempelai


Bulan sembunyi
mendengar sunyi memintal hati
Di bawah bubungan bertanduk sapi
detik-detik menunggu kelanjutan
sabda leluhur yang agung:
selaput yang akan pecah.

Ranjang dipesan dari Karduluk
dicat perada emas, coklat dan hijau jeruk
Kalaras pun seakan mengerti
tidak berbisik tidak bergoyang.

Di puncak pohon polai
Kiai Poleng yang bijaksana
bersiap dengan gong untuk ditabuh.

Nyiur gading nyiur bulan
mereka tak pernah kenalan
Maka sunyi pun bertanya
Langit juga bertanya.

Kepolosan biji siwalan muda
menyepuh warna dunia
Terbukalah sebuah telaga
lahang pagi berlaru mimpi
bekal sangu ke alam sorga.

Sentuhan yang pertama
di ubun-ubun batu ampar
mengeliat anak kijang di atas rumputan.

Kiai Poleng mengidung di atas bubungan,
Cung-kuncung konce
Wadon mutamat lanang sejati
telah diminum getah jarak
telah dikunyah pinang muda
Yang genap telah ganjil
Yang ganjil telah genap.

Di serambi menanti sanak pamili
Pintu terbuka, menyembahlah menantu lanang
disambut mayang lepas seludang
pertanda semua tak punya hutang.

Kepasrahan yang diterima bulan
tubuh tergolek di atas ranjang
digaibkan beburung malam
masa depan yang panjang.

Air bunga pun disiramkan
bumi pingsan yang kini siuman
berjanji kepada pagi
kekalnya butiran mimpi.


1974

Sumber: Bantalku Ombak Selimutku Angin (1996)

Catatan:
Polai: nama pohon besar yang dianggap angker.
Kiai Poleng: tokoh yang dianggap penjaga pulau Madura sejak dahulu kala.

Analisis Puisi:
Puisi "Sepasang Mempelai" karya D. Zawawi Imron menggambarkan momen pernikahan dengan bahasa yang penuh simbolisme dan imaji. Puisi ini menggambarkan perasaan, harapan, dan kesucian dalam momen pernikahan.

Simbolisme Bulan dan Sunyi: Puisi dimulai dengan penggambaran bulan yang sembunyi, mewakili keheningan dan ketenangan yang ada dalam momen pernikahan. Sunyi di sini juga menjadi saksi dari momen penting ini, menggambarkan perasaan yang mendalam.

Persembahan dalam Adat: Puisi mengacu pada adat dan tradisi dengan menyebutkan detik-detik menunggu kelanjutan sabda leluhur yang agung. Ini menyoroti pentingnya adat dan ritual dalam momen pernikahan.

Simbolisme Ranjang dan Kalaras: Penyair menggambarkan persiapan ranjang pernikahan, tetapi dalam bahasa yang tidak langsung. "Kalaras" yang tidak bergoyang dan tidak berbisik merujuk pada ketenangan dan kestabilan dalam hubungan pernikahan.

Kiai Poleng: Munculnya tokoh Kiai Poleng memberikan dimensi spiritual pada puisi. Kiai Poleng yang bijaksana, menunjukkan bimbingan spiritual.

Pertanyaan dalam Kebersamaan: Puisi ini menggambarkan sebuah pertanyaan yang diucapkan oleh sunyi, langit, dan bahkan Nyiur gading dan nyiur bulan. Ini menciptakan suasana introspeksi dan refleksi dalam momen pernikahan.

Simbolisme Biji Siwalan: Biji siwalan muda yang mengubah warna dunia dan membuka sebuah telaga mewakili kesucian, kepolosan, dan keindahan yang terkandung dalam hubungan pernikahan.

Sentuhan Pertama dan Simbolisme Kijang: Gambaran sentuhan pertama di atas ubun-ubun batu ampar dan anak kijang di atas rumputan merepresentasikan momen intim dan kepolosan dalam hubungan mempelai baru.

Penerimaan Kepasrahan: Kiai Poleng mengidung di atas bubungan, menggambarkan pengakuan dan penerimaan pernikahan oleh lingkungan dan spiritualitas.

Perpaduan antara Masa Lalu dan Masa Depan: Penyair menggambarkan perpaduan antara masa lalu dan masa depan dalam hubungan pernikahan. Yang genap telah ganjil dan yang ganjil telah genap menyoroti persatuan dan kebulatan dalam hubungan.

Harapan dan Kekekalan: Puisi berakhir dengan harapan yang mengarah pada kekekalan dan keindahan dalam hubungan. "Kekalnya butiran mimpi" menggambarkan cita-cita yang diharapkan tetap berlanjut dalam perjalanan hidup mereka bersama.

Puisi "Sepasang Mempelai" karya D. Zawawi Imron adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan momen pernikahan dengan menggunakan bahasa simbolis dan imaji. Puisi ini merangkum perasaan, harapan, dan makna dalam hubungan pernikahan dengan cara yang mendalam dan penuh keindahan. Melalui penggunaan imaji yang kaya dan simbolisme yang dalam, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan nilai-nilai dan keindahan dalam momen pernikahan.

Puisi D. Zawawi Imron
Puisi: Sepasang Mempelai
Karya: D. Zawawi Imron

Biodata D. Zawawi Imron:
  • D. Zawawi Imron lahir pada tanggal 1 Januari 1945 di desa Batang-batang, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.