Puisi: Warisan Kita (Karya Afrizal Malna)

Puisi "Warisan Kita" karya Afrizal Malna membawa pembaca untuk merenungkan tentang arti dan nilai objek-objek ini dalam kehidupan kita.
Warisan Kita


Bicara lagi kambingku, pisauku, ladangku, komporku, rumahku, payungku, gergajiku, empang ikanku, genting kacaku, emberku, geretan gasku. Bicara lagi cerminku, kampakku, meja makanku, alat-alat tulisku, gelas minumku, album foto keluargaku, ayam-ayamku, lumbung berasku, ani-aniku.

Bicara lagi suara nenek-moyangku, linggisku, kambingku, kitab-kitabku, piring makanku, pompa airku, paluku, paculku, gudangku, sangkar burungku, sepedaku, bunga-bungaku, talang airku, ranjang tidurku. Bicara lagi kerbauku, lampu senterku, para kerabat-tetanggaku, guntingku, pahatku, lemariku, gerobakku, sandal jepitku, penyerut kayuku, ani-aniku.

Bicara lagi kursi tamuku, penggorenganku, tembakauku, penumbuk padiku, selimutku, baju dinginku, panci masakku, topiku. Bicara lagi kucing-kucingku... pisau.


1989

Sumber: Arsitektur Hujan (1995)

Analisis Puisi:
Puisi "Warisan Kita" karya Afrizal Malna adalah karya yang menyelidiki tema warisan dan peninggalan. Melalui penulisan yang sederhana, penulis mengeksplorasi berbagai objek dan benda yang menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.

Identifikasi Benda-Benda Sehari-hari: Puisi ini dimulai dengan serangkaian benda dan objek sehari-hari yang mencakup kambing, pisau, ladang, kompor, rumah, payung, gergaji, dan banyak lagi. Daftar ini mewakili berbagai aspek kehidupan sehari-hari yang dianggap sebagai warisan atau peninggalan.

Pengulangan dan Akumulasi: Puisi ini mengandalkan pengulangan dengan memulai setiap baris dengan kata "Bicara lagi." Pengulangan ini memberikan efek akumulasi yang membangun semangat keinginan untuk berbicara tentang semua hal yang ada dalam hidup penulis.

Simbolisme Objek: Setiap objek yang disebutkan dalam puisi ini memiliki simbolisme tertentu. Mereka mewakili nilai-nilai, pengalaman, dan warisan yang ditinggalkan oleh nenek-moyang dan orang-orang terdahulu. Pisau mungkin menggambarkan keahlian atau keterampilan dalam memotong, sementara rumah mewakili tempat perlindungan dan keberlanjutan.

Warisan Budaya: Puisi ini juga menyentuh konsep warisan budaya. Benda-benda ini mencerminkan cara hidup tradisional dan nilai-nilai yang diteruskan dari generasi ke generasi. Dalam sejumlah benda yang disebutkan, seperti kitab, benda ini mungkin berfungsi sebagai simbol pengetahuan, keyakinan, dan budaya yang dilestarikan.

Nostalgia dan Perasaan: Puisi ini memancarkan perasaan nostalgia, kerinduan, dan rasa cinta kepada warisan yang ditinggalkan oleh nenek-moyang. Penulis mencoba menghidupkan kembali perasaan dan kenangan yang terkait dengan objek-objek ini.

Pesan Puisi: Puisi ini tampaknya ingin menyatakan pentingnya menghargai dan menjaga warisan budaya dan materi kita. Dalam dunia yang terus berubah, warisan seperti ini menghubungkan kita dengan akar-akar dan sejarah kita.

Puisi "Warisan Kita" karya Afrizal Malna adalah pengakuan terhadap berbagai objek sehari-hari yang menjadi bagian dari warisan dan peninggalan nenek-moyang. Melalui pengulangan dan simbolisme, penulis membawa pembaca untuk merenungkan tentang arti dan nilai objek-objek ini dalam kehidupan kita.

Puisi Afrizal Malna
Puisi: Warisan Kita
Karya: Afrizal Malna

Biodata Afrizal Malna:
  • Afrizal Malna lahir pada tanggal 7 Juni 1957 di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.