Puisi: Dance Macabre (Karya Beni Setia)

Puisi "Dance Macabre" karya Beni Setia menyampaikan pesan yang mendalam dan merenungkan tentang realitas hidup, kebutuhan, dan keputusasaan.
Dance Macabre

Selain siul
apa lagi yang bisa dimiliki
bila doa harus dipelajari
dan ke masjid butuh pakaian pantas?
Sementara buat mengemis
butuh perda baru
dan bukan sekedar nash qur’an
dan ajaran welas asih.

Selain siul
hanya tersisa bunuh diri bersama.


Analisis Puisi:
Puisi "Dance Macabre" karya Beni Setia menyampaikan pesan yang mendalam dan merenungkan tentang realitas hidup, kebutuhan, dan keputusasaan. Dengan menggunakan bahasa yang sederhana, puisi ini menciptakan atmosfer yang gelap dan penuh pertanyaan tentang makna hidup.

Judul Puisi: "Dance Macabre" secara harfiah berarti "Tarian Kematian." Judul ini memberikan petunjuk bahwa puisi akan menggambarkan aspek-aspek kehidupan yang berkaitan dengan kematian atau keputusasaan.

Siul sebagai Simbol: Penggunaan kata "siul" dalam puisi dapat diartikan sebagai simbol kehidupan yang sederhana atau kegiatan yang mudah diakses oleh semua orang. Meskipun demikian, puisi menekankan bahwa bahkan hal-hal sederhana seperti siul pun memiliki keterbatasan dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Doa dan Kebutuhan untuk Beribadah: Puisi menyentuh tema keagamaan dengan menyebutkan bahwa doa harus dipelajari dan pergi ke masjid memerlukan pakaian pantas. Ini mungkin mencerminkan perjuangan dan hambatan yang dihadapi seseorang untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan mempraktikkan keyakinan agamanya.

Kesulitan dalam Mengemis: Pernyataan "buat mengemis butuh perda baru" menyoroti kesulitan dan stigmatisasi sosial yang dihadapi oleh para pengemis. Perda disini dapat diartikan sebagai persyaratan atau tuntutan baru yang harus dipenuhi agar dapat mengemis, menekankan ketidakadilan dalam tindakan meminta belas kasihan.

Nash Qur'an dan Ajaran Welas Asih: Puisi menyebutkan bahwa bukan hanya membaca nash Qur'an atau mengikuti ajaran welas asih yang mencukupi. Ini bisa diartikan bahwa adanya pemahaman dan praktek yang lebih dalam terhadap ajaran agama dan kebaikan hati yang dibutuhkan untuk mencapai pemaknaan hidup yang lebih bermakna.

Bunuh Diri Bersama sebagai Alternatif: Pernyataan "Selain siul hanya tersisa bunuh diri bersama" menghadirkan gambaran keputusasaan dan kekosongan dalam mencari solusi hidup. Bunuh diri bersama mungkin diartikan sebagai simbol kegagalan bersama-sama dalam mencapai makna hidup atau pemenuhan kebutuhan dasar.

Gaya Bahasa dan Diksi: Puisi ini menggunakan bahasa yang sederhana dan lugas. Penggunaan kata-kata seperti "siul," "doa," "masjid," dan "perda" memberikan kesan kehidupan sehari-hari, tetapi dalam konteks puisi, kata-kata ini menjadi simbol-simbol kompleks yang meresap dengan makna.

Dengan kesederhanaan kata-katanya, "Dance Macabre" menggambarkan penderitaan dan tantangan hidup sehari-hari, menyentuh pada tema-tema spiritual dan sosial. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna hidup, keadilan, dan kebutuhan manusia.

Beni Setia
Puisi: Dance Macabre
Karya: Beni Setia

Biodata Beni Setia:
  • Beni Setia lahir pada tanggal 1 Januari 1954 di Soreang, Bandung Selatan, Jawa Barat, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.