Puisi: Dengan Mirat (Karya Chairil Anwar)

Puisi "Dengan Mirat" adalah salah satu puisi karya Chairil Anwar yang mengeksplorasi tema-tema seperti kehilangan, keraguan, dan perubahan dalam ....
Dengan Mirat


Kamar ini jadi sarang penghabisan
di malam yang hilang batas

Aku dan dia hanya menjengkau
rakit hitam.

'Kan terdamparkah
atau terserah
pada putaran hitam?

Matamu ungu membatu

Masih berdekapankah kami atau
mengikut juga bayangan itu?


8 Januari 1946

Sumber: Aku Ini Binatang Jalang (1986)

Catatan:
Puisi "Dengan Mirat" ini pernah muncul di buku Deru Campur Debu dengan judul "Orang Berdua".

Analisis Puisi:
Puisi "Dengan Mirat" adalah salah satu puisi karya Chairil Anwar yang mengeksplorasi tema-tema seperti kehilangan, keraguan, dan perubahan dalam hubungan interpersonal. Dengan gaya bahasa yang khas, Chairil Anwar menghadirkan gambaran yang kuat tentang ketidakpastian dan perasaan bingung dalam hubungan manusia.

Kehilangan dan Keraguan: Puisi ini menggambarkan perasaan kehilangan dan keraguan dalam sebuah hubungan. Pemakaian kata-kata seperti "sarang penghabisan" dan "malam yang hilang batas" memberikan nuansa gelap dan suram, menggambarkan situasi yang penuh kebingungan dan keraguan.

Citra Kamar: Kamar dalam puisi ini dijadikan gambaran metaforis untuk hubungan yang telah berubah. Kamar menjadi tempat yang tidak lagi nyaman, di mana hubungan antara "aku" dan "dia" semakin terdistorsi. Kamar yang dulunya tempat berkumpul kini menjadi sarang penghabisan, menggambarkan akhir dari suatu hubungan.

Rakit Hitam: Istilah "rakit hitam" menggambarkan situasi yang tidak menentu dan tak terkendali. Rakit adalah simbol perjalanan atau arah, sementara "hitam" mungkin melambangkan ketidakjelasan atau kegelapan. Pilihan kata ini menggambarkan keadaan di mana "aku" dan "dia" tidak tahu arah atau tujuan hubungan mereka.

Warna Matamu: Penyair menyebutkan "matamu ungu membatu," yang menggambarkan perubahan dalam perasaan dan emosi. Warna ungu dapat melambangkan keanehan atau perubahan yang tak terduga. "Membatu" menunjukkan bekunya suasana, menunjukkan bahwa emosi yang dulu ada kini telah membeku atau menghilang.

Pertanyaan dan Keragu-raguan: Puisi ini diakhiri dengan pertanyaan retoris yang menggambarkan keragu-raguan tentang arah dan keberlanjutan hubungan. Pertanyaan apakah mereka masih "berdekapan" atau mengikuti "bayangan itu" mencerminkan keraguan tentang keberlanjutan dan kejelasan hubungan mereka.

Puisi "Dengan Mirat" karya Chairil Anwar adalah potret yang kuat tentang kehilangan, perubahan, dan keraguan dalam hubungan. Dengan menggunakan gambaran metaforis dan gaya bahasa yang khas, Chairil Anwar berhasil menciptakan nuansa yang gelap dan bingung, menggambarkan kondisi emosi yang rumit dan tidak menentu. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan perubahan dan keraguan dalam hubungan manusia, serta kompleksitas emosi yang muncul sebagai akibatnya.

Chairil Anwar
Puisi: Dengan Mirat
Karya: Chairil Anwar

Biodata Chairil Anwar:
  • Chairil Anwar lahir di Medan, pada tanggal 26 Juli 1922.
  • Chairil Anwar meninggal dunia di Jakarta, pada tanggal 28 April 1949 (pada usia 26 tahun).
  • Chairil Anwar adalah salah satu Sastrawan Angkatan 45.
© Sepenuhnya. All rights reserved.