Puisi: Celana (Karya Joko Pinurbo)

Puisi "Celana" merangkum kehidupan sehari-hari dengan sentuhan humor dan satir. Joko Pinurbo berhasil menyelipkan pesan-pesan filosofis di balik ...
Celana (1)


Ia ingin membeli celana baru
buat pergi ke pesta
supaya tampak lebih tampan
dan meyakinkan.

Ia telah mencoba seratus model celana
di berbagai toko busana
namun tak menemukan satu pun
yang cocok untuknya.

Bahkan di depan pramuniaga
yang merubung dan membujuk-bujuknya
ia malah mencopot celananya sendiri
dan mencampakkannya.

“Kalian tidak tahu ya
aku sedang mencari celana
yang paling pas dan pantas
buat nampang di kuburan.”

Lalu ia ngacir
tanpa celana
dan berkelana
mencari kubur ibunya
hanya untuk menanyakan:
“Ibu, kausimpan di mana celana lucu
yang kupakai waktu bayi dulu?”


Celana (2)


Ketika sekolah kami sering disuruh menggambar celana
yang bagus dan sopan, tapi tak pernah diajar melukis
seluk-beluk yang di dalam celana, sehingga kami pun tumbuh
menjadi anak-anak manis yang penakut dan pengecut,
bahkan terhadap nasib kami sendiri.

Karena itu kami suka usil dan sembunyi-sembunyi
membuat coretan dan gambar porno di tembok kamar mandi
sehingga kami pun terbiasa menjadi orang-orang
yang suka cabul terhadap diri sendiri.

Setelah loyo dan jompo, kami mulai bisa berfantasi
tentang hal-ihwal yang di dalam celana:
ada raja kecil yang galak dan suka memberontak;
ada filsuf tua yang terkantuk-kantuk merenungi
rahasia alam semesta;
ada gunung berapi yang menyimpan sejuta magma;
ada juga gua garba yang diziarahi para pendosa
dan pendoa.

Konon, setelah berlayar mengelilingi bumi, Columbus pun
akhirnya menemukan sebuah benua baru di dalam celana
dan Stephen Hawking khusyuk bertapa di sana.


Celana (3)


Ia telah mendapatkan celana idaman
yang lama didambakan, meskipun untuk itu
ia harus berkeliling kota
dan masuk ke setiap toko busana.

Ia memantas-mantas celananya di cermin
sambil dengan bangga ditepuk-tepuknya
pantat tepos yang sok perkasa.
“Ini asli buatan Amerika,” katanya
kepada si tolol yang berlagak di dalam kaca.

Ia pergi juga malam itu, menemui kekasih
yang menunggunya di pojok kuburan.
Ia pamerkan celananya: “Ini asli buatan Amerika.”

Tapi perempuan itu lebih tertarik
pada yang bertengger di dalam celana.
Ia sewot juga: “Buka dan buang celanamu!”

Pelan-pelan dibukanya celananya yang baru,
yang gagah dan canggih modelnya,
dan mendapatkan burung
yang selama ini dikurungnya
sudah kabur entah ke mana.


1996

Sumber: Celana (1999)

Analisis Puisi:
Puisi "Celana" karya Joko Pinurbo adalah kumpulan sajak yang merangkum kehidupan sehari-hari dengan sentuhan humor dan satir. Dalam puisi-puisi ini, Joko Pinurbo berhasil menyelipkan pesan-pesan filosofis di balik kelucuan dan kepolosan narasi.

Celana (1)

Puisi ini membawa pembaca ke dalam situasi yang lucu dan ironis di mana seorang individu berusaha mencari celana baru untuk tampil di sebuah pesta. Pesan yang disampaikan oleh Joko Pinurbo melalui puisi ini mencakup aspek sosial dan ekspektasi yang seringkali ditemui dalam masyarakat.

Pencarian celana yang tak kunjung memuaskan mencerminkan kegelisahan individu dalam memenuhi harapan sosial. Pilihan untuk mencari celana di kuburan ibunya menunjukkan pemikiran absurd yang mungkin terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Celana (2)

Puisi ini membahas pendidikan dan budaya terkait pandangan terhadap tubuh dan seksualitas. Joko Pinurbo mengkritik pendekatan sekolah yang lebih memfokuskan pada penampilan fisik luar, sementara mengabaikan pemahaman yang lebih dalam mengenai aspek-aspek dalam diri manusia. Dengan cara yang khas, Joko Pinurbo menyuguhkan kritik sosial dalam bentuk humor dan ironi.

Celana (3)

Dalam puisi ini, Joko Pinurbo menggambarkan keinginan dan pencapaian seseorang yang berhasil mendapatkan celana idaman. Namun, ironinya terletak pada kenyataan bahwa meskipun ia berhasil mendapatkan celana impian, ia kehilangan perhatian kekasihnya yang lebih tertarik pada isi dalam celana.

Puisi ini bisa diartikan sebagai sindiran terhadap orang yang terlalu fokus pada penampilan luar tanpa memperhatikan nilai-nilai yang lebih penting.

Tema Umum dan Gaya Penulisan

Tema umum dalam puisi-puisi "Celana" mencakup kritik sosial, keironisan hidup sehari-hari, dan penggambaran absurditas manusia. Joko Pinurbo berhasil menggabungkan humor dengan makna filosofis yang lebih dalam, menjadikan puisinya memiliki daya tarik bagi pembaca yang mencari pemahaman mendalam di balik kata-kata ringan.

Gaya penulisan Joko Pinurbo terkenal dengan penggunaan bahasa yang sederhana namun sarat dengan makna. Ia juga kerap menggunakan unsur-unsur lokal dan referensi kebudayaan Indonesia dalam karyanya. Puisi-puisi "Celana" merupakan contoh yang baik dari keterampilan Joko Pinurbo dalam menyajikan realitas kehidupan sehari-hari dengan sentuhan seni dan kebijaksanaan.

Dengan menggali makna di balik kata-kata, pembaca dapat menemukan kedalaman pemikiran dan sudut pandang yang dihadirkan oleh Joko Pinurbo melalui puisi-puisi "Celana". Karya ini menunjukkan bahwa humor dapat menjadi sarana untuk menyampaikan pesan-pesan kritis terkait dengan kehidupan manusia.

Puisi Celana
Puisi: Celana
Karya: Joko Pinurbo
© Sepenuhnya. All rights reserved.