Puisi: Pelajaran Tatabahasa dan Mengarang (Karya Taufiq Ismail)

Puisi "Pelajaran Tatabahasa dan Mengarang" karya Taufiq Ismail adalah sebuah kritik sosial yang dituangkan melalui sebuah cerita tentang pelajaran ...
Pelajaran Tatabahasa dan Mengarang

"Murid-murid, pada hari Senin ini
Marilah kita belajar tatabahasa
Dan juga sekaligus berlatih mengarang
Bukalah buku pelajaran kalian
Halaman enam puluh sembilan"

"Ini ada kalimat menarik hati, berbunyi
'Mengeritik itu boleh, asal membangun'
Nah anak-anak, renungkanlah makna ungkapan itu
Kemudian buat kalimat baru dengan kata-katamu sendiri."

Demikianlah kelas itu sepuluh menit dimasuki sunyi
Murid-murid itu termenung sendiri-sendiri
Ada yang memutar-mutar pensil dan bolpoin
Ada yang meletakkan ibu jari di dahi
Ada yang salah tingkah, duduk gelisah
Memikirkan sejumlah kata yang bisa serasi
Menjawab pertanyaan Pak Guru ini

"Ayo siapa yang sudah siap?"
Maka tak ada seorang mengacungkan tangan
Kalau tidak menunduk sembunyi dari incaran guru
Murid-murid itu saling berpandangan saja

Akhirnya ada seorang disuruh maju ke depan
Dan dia pun memberi jawaban

"Mengeritik itu boleh, asal membangun
Membangun itu boleh, asal mengeritik
Mengeritik itu tidak boleh, asal tidak membangun
Membangun itu tidak asal, mengeritik itu boleh tidak
Membangun mengeritik itu boleh asal
Mengeritik membangun itu asal boleh
Mengeritik itu membangun
Membangun itu mengeritik
Asal boleh mengeritik, boleh itu asal
Asal boleh membangun, asal itu boleh
Asal boleh itu mengeritik boleh asal
Itu boleh asal membangun asal boleh
Boleh itu asal
Asal itu boleh
Boleh boleh
Asal asal
Itu itu
Itu."

"Nah anak-anak, itulah karya temanmu
Sudah kalian dengarkan ‘kan
Apa komentar kamu tentang karyanya tadi?"

Kelas itu tiga menit dimasuki sunyi
Tak seorang mengangkat tangan
Kalau tidak menunduk di muka guru
Murid-murid itu cuma berpandang-pandangan
Tapi tiba-tiba mereka bersama menyanyi:

"Mengeritik itu membangun boleh asal
Membangun itu mengeritik asal boleh
Bangun bangun membangun kritik mengeritik
Mengeritik membangun asal mengeritik"

"Dang ding dung ding dang ding dung
Ding dang ding dung
Dang ding dung ding dang ding dang
Ding dang ding dung."

"Anak-anak, bapak bilang tadi
Mengarang itu harus dengan kata-kata sendiri
Tapi tadi tidak ada kosakata lain sama sekali
Kalian cuma mengulang bolak-balik yang itu-itu juga
Itu kelemahan kalian yang pertama
Dan kelemahan kalian yang kedua
Kalian anemi referensi dan melarat bahan perbandingan
Itu karena malas baca buku apalagi karya sastra."

"Wahai Pak Guru, jangan kami disalahkan apalagi dicerca
Bila kami tak mampu mengembangkan kosa kata
Selama ini kami 'kan diajar menghafal dan menghafal saja
Mana ada dididik mengembangkan logika
Mana ada diajar berargumentasi dengan pendapat berbeda
Dan mengenai masalah membaca buku dan karya sastra
Pak Guru sudah tahu lama sekali
Mata kami rabun novel, rabun cerpen, rabun drama dan rabun puisi
Tapi mata kami 'kan nyalang bila menonton televisi."

1997

Sumber: Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (2000)

Analisis Puisi:
Puisi "Pelajaran Tatabahasa dan Mengarang" karya Taufiq Ismail adalah sebuah kritik sosial yang dituangkan melalui sebuah cerita tentang pelajaran tatabahasa dan mengarang di dalam kelas. Puisi ini mencerminkan beberapa masalah dalam pendidikan dan membawa pesan yang mengajak untuk refleksi dan perubahan.

Kritik terhadap Sistem Pendidikan: Puisi ini menyoroti beberapa kelemahan dalam sistem pendidikan. Penekanan pada penghafalan dalam pembelajaran tatabahasa dan mengarang, tanpa memberikan ruang untuk mengembangkan kreativitas dan berpikir kritis, dianggap sebagai masalah dalam metode mengajar yang diikuti di kelas tersebut. Penulis menyiratkan bahwa pendidikan yang hanya menitikberatkan pada penghafalan akan menghasilkan anak-anak yang kurang berdaya saing dan kurang mampu berpikir secara mandiri.

Kritik terhadap Pembacaan dan Karya Sastra: Puisi ini juga mengkritik kecenderungan anak-anak yang lebih suka menonton televisi daripada membaca buku atau karya sastra. Hal ini menunjukkan minat yang rendah terhadap membaca dan kurangnya pengembangan kosa kata dan logika dalam berpikir. Penulis menyindir keadaan ini dengan menggambarkan bahwa mata anak-anak 'rabun' terhadap buku-buku dan karya sastra, tetapi menjadi 'nyalang' saat menonton televisi.

Tuntutan akan Perubahan: Puisi ini juga menyiratkan bahwa ada kebutuhan akan perubahan dalam pendidikan. Anak-anak mengemukakan alasan tentang kekurangan dalam pembelajaran dan membaca buku, menunjukkan keinginan untuk mengembangkan kreativitas dan logika mereka. Penulis mengajak untuk mengatasi kelemahan tersebut dan mencari cara baru untuk mengajar yang mendorong anak-anak untuk berpikir lebih kritis dan mengembangkan kemampuan mereka.

Gaya Bahasa dan Iringan Musikal: Puisi ini ditulis dalam bentuk dialog atau percakapan, yang memberikan kesan kehidupan dan dinamika dalam situasi kelas. Adanya iringan musik dalam bentuk bunyi-bunyian seperti "Dang ding dung ding dang ding dung" dan "Ding dang ding dung" mencerminkan suasana kehidupan di dalam kelas dan memberikan nuansa yang hidup dalam pembacaan puisi.

Puisi "Pelajaran Tatabahasa dan Mengarang" karya Taufiq Ismail adalah sebuah kritik sosial yang mengangkat isu-isu dalam pendidikan dan minat membaca di kalangan anak-anak. Puisi ini mengajak untuk merenungkan dan mencari cara-cara baru untuk meningkatkan pembelajaran yang lebih kreatif, memberdayakan berpikir kritis, dan mengembangkan minat membaca anak-anak.

Puisi Taufiq Ismail
Puisi: Pelajaran Tatabahasa dan Mengarang
Karya: Taufiq Ismail

Biodata Taufiq Ismail:
  • Taufiq Ismail lahir pada tanggal 25 Juni 1935 di Bukittinggi, Sumatera Barat.
  • Taufiq Ismail adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.