Puisi: Celan (Karya Agus R. Sarjono)

Puisi "Celan" karya Agus R. Sarjono adalah sebuah karya sastra yang penuh dengan refleksi mendalam tentang sejarah, memori, dan perasaan manusia.
Celan


Pada jantung sejarah yang berdarah
ketemui Paul Celan diam-diam mengajar bunda
sang waktu dan benih malam untuk berjalan. Tapi waktu
dan malam berhenti dalam genangan susu hitam
tempat mayat-mayat perempuan berambut kelabu
mengambang pilu. Siapakah tajam kapak-kapak
jika bukan Yang Dipertuan Adipati Kehampaan?
Disandingkannya maut kencana dengan bibir cinta
jasad asmara dengan pusara gelak tawa
pinggul ratapan dengan tengkuk kehidupan
semua dijalinnnya sepasang-sepasang 
seperti merangkai yang bukan matamu
bukan mataku dan bukan matanya
dalam jalinan selendang berkibaran
gelap dan muram
bagai candu dan ingatan.

Bunda malang yang tiada pulang, kekasih
yang dibakar dan berkubur lapang di angkasa,
menggali sumur luka di jantung kenangan
tempat rasa bersalah menjelma susu hitam
yang ditimba oleh dia yang tersisa,
dia yang luput dan lari untuk bahagia.
Di tempat itu pula Issac
Bashevis Singer berkutat bebaskan budak
dalam diri, menulis musuh 
dalam kisah cinta sejati. Tapi trauma
dan masa lalu bagai mantan istri
selalu memaksa rujuk kembali

Dalih adalah maestro dari rembang ingatan
Bahkan pada momen-momen jingga
Pada nadi hidup yang berdegup mesra,
selalu ada dalih untuk tak bahagia.


Sumber: Lumbung Perjumpaan (2011)

Analisis Puisi:
Puisi "Celan" karya Agus R. Sarjono adalah sebuah karya sastra yang penuh dengan refleksi mendalam tentang sejarah, memori, dan perasaan manusia. Melalui penggunaan bahasa yang kaya akan simbol dan imaji, puisi ini menggambarkan kompleksitas dan ironi kehidupan dalam konteks sejarah dan manusia.

Simbolisme dan Imaji: Puisi ini dipenuhi dengan simbolisme dan imaji yang kuat. Nama "Paul Celan" sendiri merujuk pada seorang penyair Yahudi berbahasa Jerman yang mengalami trauma akibat Holocaust. Dalam puisi ini, Paul Celan menjadi lambang perjumpaan dengan sejarah dan mengajar "bunda" (sebuah simbol universal untuk ibu) tentang waktu dan malam. "Genangan susu hitam" menggambarkan kegelapan dan penderitaan masa lalu, sedangkan "mayat-mayat perempuan berambut kelabu" mencerminkan tragedi dan kematian.

Ironi dan Kontradiksi: Puisi ini menyajikan ironi dan kontradiksi yang mendalam. Meskipun ada upaya untuk mengajar tentang waktu dan malam, "waktu dan malam berhenti" dalam genangan susu hitam, menunjukkan bahwa trauma dan peristiwa bersejarah dapat membekukan waktu dan menghadirkan kehampaan.

Tema Masa Lalu dan Memori: Puisi ini berbicara tentang keterikatan manusia dengan masa lalu dan memori. "Sumur luka di jantung kenangan" menggambarkan sifat melukai dan perasaan bersalah dalam memori. Sejarah, trauma, dan perasaan bersalah menjadi unsur-unsur yang terus menghantui individu dan menggali "sumur luka."

Tema Kehidupan dan Pencarian Bahagia: Puisi ini juga mengangkat tema kehidupan dan pencarian bahagia. "Bunda malang yang tiada pulang" dan "kekasih yang dibakar dan berkubur lapang di angkasa" mencerminkan perjalanan hidup yang berliku-liku, terkadang terjebak dalam penderitaan dan trauma. Upaya mencari bahagia dan kebebasan terkadang berbenturan dengan masa lalu yang membebani.

Pemaknaan Dalih: Puisi ini mengakhiri dengan menyebutkan "dalih" yang selalu ada bahkan pada momen-momen bahagia. Ini menyoroti bagaimana manusia terkadang mencari alasan atau dalih untuk merasa tidak bahagia meskipun dalam situasi yang seharusnya membawa kebahagiaan.

Puisi "Celan" oleh Agus R. Sarjono adalah karya sastra yang kaya akan simbol dan imaji, membahas tentang sejarah, memori, ironi, dan pencarian bahagia dalam kehidupan manusia. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang kompleksitas dan lapisan-lapisan perasaan yang ada dalam batin manusia dalam menghadapi masa lalu dan masa kini.

Agus R. Sarjono
Puisi: Celan
Karya: Agus R. Sarjono

Biodata Agus R. Sarjono:
  • Agus R. Sarjono lahir pada tanggal 27 Juli 1962 di Ban­dung, Jawa Barat, Indonesia.
  • Agus R. Sarjono aktif menulis puisi, esai, cerpen, kritik, dan drama. Ia juga dikenal sebagai editor dan penerjemah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.