Puisi: Misalkan Kita di Sarajevo (Karya Goenawan Mohamad)

Puisi "Misalkan Kita di Sarajevo" karya Goenawan Mohamad menggambarkan suasana kota Sarajevo yang penuh gejolak, terutama selama perang Bosnia.
Misalkan kita di Sarajevo
Buat B.B dan kawan-kawan


Misalkan kita di Sarajevo; mereka akan mengetuk
dengan kanon sepucuk
dan bertanya benarkah ke Sarajevo
ada secelah pintu masuk.

Misalkan kita di Sarajevo: tembok itu,
dengan luka-luka peluru,
akan bilang "tidak",
selepas galau.

Tapi kau tahu musim, di Sarajevo
akan mematahkan engsel,
dingin akan menciutkan tangan,
dan listrik lindap.

Orang-orang akan kembali
dari kedai minum,
dan memandangi hangus
di loteng-loteng.
 
Apakah yang mereka saksikan sebenarnya
di Sarajevo: sebentang samun,
tanah yang redam?
Apakah yang mereka saksikan sebenarnya?

Keyakinan dipasak
di atas mihrab dan lumbung gandung
dan tak ada lagi
orang membaca.

Hanya mungkin pada kita
masih ada seutas tilas,
yang tak terseka. Atau barangkali
sebentuk asli kata hati?

Misalkan, misalkan, di Sarajevo: bulan
tak meninggalkan replika,
di dekat menara, tinggal warna putih
yang hilang dari azan.
 
Misalkan angin juga kehilangan
perangai
di pucuk-pucuk poplar kuning
dan taman yang tak bergerak.

Pasti nenek peri, dengan suara kanker di perut,
akan berkata,
"Tinggal cobaan dalam puasa
di padang gurun, di mana kau tak bisa."

Mengapa kita di Sarajevo?
Mengapa gerangan kita pertahankan kota ini?
Seperti dalam sebuah kisah film,
Sarajevo tak bisa takluk.

Kita tak bisa takluk
Tapi keluar dari gedung rapat umum,
orang-orang sipil
akan mengenakan baju mereka yang terbaik,

mencium pipi para isteri, ramah tapi gugup,
meskipun mereka, di dalam saku,
menyembunyikan teks yang gaib itu:
"Bukan roti, melainkan firman."

Batu-batu di trotoar ini
memang tak akan bisa jadi roti
cahaya salju di kejauhan itu
juga tak akan jadi firman.

Tapi misalkan kita di Sarajevo
Di dekat museum itu kita juga akan takzim
membersihkan diri: "Biarkan aku mati
dalam warna kirmizi."

Lalu aku pergi
kau pergi, berangkat, tak memucat
seperti awal pagi
di warna kirmizi.


1994

Sumber: Misalkan Kita di Sarajevo (1998)

Analisis Puisi:
Puisi "Misalkan Kita di Sarajevo" karya Goenawan Mohamad menggambarkan suasana dan perasaan yang kompleks dalam konteks kota Sarajevo yang penuh gejolak, terutama selama perang Bosnia pada 1990-an.

Latar Belakang Sejarah: Puisi ini mengacu pada perang Bosnia yang terjadi pada tahun 1992-1995. Sarajevo adalah salah satu kota yang paling terdampak oleh perang ini, dengan banyak konflik dan pertempuran berlangsung di sana. Penulis menggunakan latar belakang sejarah ini untuk merangkai puisi.

Simbolisme Sarajevo: Sarajevo digunakan sebagai simbol kota yang mengalami penderitaan dan kehancuran akibat perang. Kota ini menjadi metafora bagi konflik yang melibatkan banyak pihak dan mengakibatkan kerusakan besar.

Bahasa Puitis: Goenawan Mohamad menggunakan bahasa puitis yang kuat dalam puisi ini. Ia menggunakan bahasa yang kaya akan citra dan metafora untuk menciptakan gambaran yang kuat tentang kota yang hancur dan orang-orangnya yang berjuang.

Keputusasaan dan Pertanyaan Hidup: Puisi ini mencerminkan perasaan keputusasaan dan kebingungan dalam situasi konflik. Pertanyaan-pertanyaan tentang makna hidup, keyakinan, dan tujuan muncul, menciptakan perasaan ketidakpastian dan ketidakjelasan.

Perlawanan dan Kekuatan Manusia: Meskipun puisi ini menggambarkan kerusakan dan kehancuran, ada juga tema perlawanan dan ketahanan. Orang-orang di Sarajevo terus bertahan, bahkan dalam situasi yang sulit, dan mengenakan "baju mereka yang terbaik." Ini menunjukkan kekuatan manusia untuk tetap berjuang meskipun dalam kondisi yang sulit.

Akhir yang Simbolis: Puisi ini berakhir dengan gambaran tentang "warna kirmizi" yang digunakan secara simbolis. Warna kirmizi dapat merujuk pada perjuangan, pengorbanan, atau bahkan kehidupan yang berani dan berdarah. Akhir puisi memberikan pesan tentang keberanian dan tekad dalam menghadapi situasi yang sulit.

Puisi "Misalkan Kita di Sarajevo" adalah contoh puisi yang kuat yang menggambarkan pengalaman manusia dalam situasi konflik dan kehancuran. Puisi ini menciptakan gambaran yang mendalam dan menggugah perasaan, mengajak pembaca untuk merenungkan arti dari perjuangan dan kekuatan manusia dalam menghadapi tragedi.

Puisi Goenawan Mohamad
Puisi: Misalkan Kita di Sarajevo
Karya: Goenawan Mohamad

Biodata Goenawan Mohamad:
  • Goenawan Mohamad (nama lengkapnya Goenawan Soesatyo Mohamad) lahir pada tanggal 29 Juli 1941 Batang, Jawa Tengah.
  • Goenawan Mohamad adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.