Puisi: Putra-Putra Ibu Pertiwi (Karya Mustofa Bisri)

Puisi "Putra-Putra Ibu Pertiwi" karya Mustofa Bisri adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan berbagai aspek kehidupan dan perjuangan para .....
Putra-Putra Ibu Pertiwi

Bagai wanita yang tak ber-ka-be saja
Ibu pertiwi terus melahirkan putra-putranya
Pahlawan-pahlawan bangsa
Dan patriot-patriot negara
(Bunga-bunga
kalian mengenalnya
Atau hanya mencium semerbaknya)

Ada yang gugur gagah dalam gigih perlawanan
Merebut dan mempertahankan kemerdekaan
(Beberapa kuntum
dipetik bidadari sambil senyum
Membawanya ke sorga tinggalkan harum)

Ada yang mujur menyaksikan hasil perjuangan
Tapi malang tak tahan godaan jadi bajingan
(Beberapa kelopak bunga
di tenung angin kala
Berubah jadi duri-duri mala)

Bagai wanita yang tak ber-ka-be saja
Ibu pertiwi terus melahirkan putra-putranya
Pahlawan-pahlawan dan bajingan-bajingan bangsa
(di Taman Sari
bunga-bunga dan duri-duri
Sama-sama diasuh mentari)

Anehnya yang mati tak takut mati justru abadi
Yang hidup senang hidup kehilangan jiwa
(Mentari tertawa sedih memandang pedih
Duri-duri yang membuat bunga-bunga tersisih)

Sumber: Pahlawan dan Tikus (1995)

Analisis Puisi:
Puisi "Putra-Putra Ibu Pertiwi" karya Mustofa Bisri adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan berbagai aspek kehidupan dan perjuangan para pahlawan dan patriot dalam menjaga kemerdekaan dan keutuhan bangsa. Puisi ini juga menyampaikan pesan tentang keberanian, pengorbanan, dan ketahanan dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan.

Personifikasi Ibu Pertiwi: Pada awal puisi, Ibu Pertiwi digambarkan sebagai seorang wanita yang terus-menerus melahirkan putra-putranya, yaitu para pahlawan dan patriot negara. Personifikasi ini memberikan makna tentang kegigihan dan keberanian Ibu Pertiwi dalam menghadapi perubahan dan tantangan yang ada.

Dualisme Pahlawan dan Bajingan: Puisi ini mencerminkan realitas kehidupan bahwa tidak semua putra Ibu Pertiwi adalah pahlawan dan patriot. Beberapa di antaranya gugur dalam perjuangan untuk kemerdekaan dan keutuhan negara, sedangkan yang lain mengalami perubahan menjadi bajingan, yang menunjukkan berbagai sisi dan pilihan manusia dalam kehidupannya.

Kiasan Bunga dan Duri: Simbolisme bunga dan duri dalam puisi ini merepresentasikan kehidupan dan perjuangan para pahlawan dan patriot. Bunga mencerminkan ketulusan dan kebaikan hati, sementara duri melambangkan tantangan dan kesulitan dalam mencapai tujuan dan menghadapi godaan dalam hidup.

Perjuangan dan Pengorbanan: Puisi ini menunjukkan nilai perjuangan dan pengorbanan para pahlawan dan patriot untuk mencapai kemerdekaan dan melindungi negara. Beberapa di antaranya mengorbankan hidup mereka, sementara yang lain harus menjalani hidup penuh dengan tantangan dan godaan.

Keterhubungan dengan Alam dan Lingkungan: Penyebutan "Taman Sari" pada bagian akhir puisi mengaitkan kehidupan manusia dengan alam dan lingkungannya. Mentari, bunga, dan duri berperan sebagai gambaran dari dinamika kehidupan yang mempengaruhi pahlawan dan patriot.

Penggambaran Kontras: Puisi ini menggunakan penggambaran kontras untuk mengilustrasikan berbagai realitas kehidupan. Ada yang gugur, ada yang mujur, dan ada yang kehilangan jiwa. Kontras ini menunjukkan bahwa kehidupan tidak selalu adil, dan setiap individu menghadapi nasib yang berbeda-beda.

Puisi "Putra-Putra Ibu Pertiwi" karya Mustofa Bisri adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan berbagai aspek kehidupan dan perjuangan para pahlawan dan patriot dalam menjaga kemerdekaan dan keutuhan bangsa. Puisi ini menunjukkan nilai keberanian, pengorbanan, dan ketahanan dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan. Penggunaan simbolisme bunga dan duri memberikan makna mendalam tentang dinamika kehidupan yang mempengaruhi para pahlawan dan patriot. Puisi ini juga menyampaikan pesan tentang keterhubungan manusia dengan alam dan lingkungannya, serta penggambaran kontras dalam realitas kehidupan yang kompleks.

Mustofa Bisri
Puisi: Putra-Putra Ibu Pertiwi
Karya: Mustofa Bisri (Gus Mus)

Biodata Mustofa Bisri:
  • Dr. (H.C.) K.H. Ahmad Mustofa Bisri (sering disapa Gus Mus) lahir pada anggal 10 Agustus 1944 di Rembang. Ia adalah seorang penyair yang cukup produktif yang sudah menerbitkan banyak buku.
  • Selain menulis puisi, Gus Mus juga menulis cerpen dan esai-esai keagamaan. Budayawan yang satu ini juga merupakan seorang penerjemah yang handal.
  • Gus Mus adalah seorang kiai yang memiliki banyak profesi, termasuk pelukis kaligrafi dan bahkan terlibat dalam dunia politik.
© Sepenuhnya. All rights reserved.