Puisi: "Betina"-nya Affandi (Karya Chairil Anwar)

Puisi "Betina-nya Affandi" karya Chairil Anwar adalah ungkapan perasaan kompleks terhadap figur betina yang disandingkan dengan peristiwa matahari ...
"Betina"-nya Affandi


Betina, jika di barat nanti
menjadi gelap
turut tenggelam sama sekali
juga yang mengendap,
di mukamu tinggal bermain Hidup dan Mati.

Matamu menentang — sebentar dulu! — 
Kau tidak gamang, hidup kau sintuh, kau cumbu,
sekarang senja gosong, tinggal abu...
Dalam tubuhmu ramping masih berkejaran
    Perempuan dan Laki.

 
1946

Sumber: Aku Ini Binatang Jalang (1986)

Analisis Puisi:
Puisi "Betina-nya Affandi" karya Chairil Anwar adalah ungkapan perasaan kompleks terhadap figur betina yang disandingkan dengan peristiwa matahari terbenam. Puisi ini menggambarkan pertentangan antara kehidupan dan kematian, kecantikan dan kerusakan, serta daya tarik dan keterpisahan.

Gambaran Matahari Terbenam: Puisi ini dimulai dengan perbandingan antara figur betina dengan matahari terbenam di barat. Matahari terbenam melambangkan akhir dari sesuatu, seperti akhirnya hari yang akan diikuti oleh malam gelap. Hal ini mencerminkan perasaan gelap dan tenggelamnya sesuatu, seperti kisah cinta atau hubungan, yang disandingkan dengan figur betina.

Pertentangan Hidup dan Kematian: Puisi ini menggambarkan pertentangan antara kehidupan dan kematian melalui gambaran "Matamu menentang." Meskipun ada konflik antara keduanya, perasaan hidup ("hidup kau sintuh, kau cumbu") masih terus ada, namun merasakan pengaruh yang mereda ("sekarang senja gosong, tinggal abu").

Dualitas dan Pertentangan Internal: Chairil Anwar mengekspresikan pertentangan internal dalam diri penutur melalui dualitas "Perempuan dan Laki." Hal ini bisa mengacu pada pertentangan dalam perasaan dan identitas penutur terhadap kedua aspek ini. Gambaran "Dalam tubuhmu ramping masih berkejaran" menggambarkan pertentangan dan perjuangan dalam mengatasi dua aspek ini.

Simbolisme dan Kontras: Puisi ini menggunakan simbolisme dan kontras untuk menyoroti perasaan dan pertentangan. Gambaran matahari terbenam yang menggambarkan gelap dan tenggelam disandingkan dengan perasaan hidup dan mati dalam figur betina. Kontras ini mencerminkan dualitas perasaan dan keadaan yang dialami oleh penutur.

Nilai Estetika dan Ketidakpastian: Puisi ini memiliki nilai estetika yang kuat dengan penggunaan bahasa yang indah dan imaji yang kaya. Chairil Anwar juga menciptakan ketidakpastian dalam pemilihan kata-kata seperti "bermain Hidup dan Mati" yang menciptakan perasaan ambiguitas dan misteri.

Puisi "Betina-nya Affandi" menggambarkan perasaan kompleks dan pertentangan dalam diri penutur terhadap figur betina serta perasaan hidup dan mati. Melalui simbolisme, kontras, dan nilai estetika yang kuat, Chairil Anwar berhasil menggambarkan konflik dan ketidakpastian dalam perasaan dan identitas individu.

Chairil Anwar
Puisi: "Betina"-nya Affandi
Karya: Chairil Anwar

Biodata Chairil Anwar:
  • Chairil Anwar lahir di Medan, pada tanggal 26 Juli 1922.
  • Chairil Anwar meninggal dunia di Jakarta, pada tanggal 28 April 1949 (pada usia 26 tahun).
  • Chairil Anwar adalah salah satu Sastrawan Angkatan 45.
© Sepenuhnya. All rights reserved.