Puisi: Subuh (Karya Amir Hamzah)

Puisi "Subuh" karya Amir Hamzah menggambarkan momen subuh dengan penggambaran yang indah dan penuh makna.
Subuh


Kalau subuh kedengaran tabuh
semua sepi sunyi sekali
bulan seorang tertawa terang
bintang mutiara bermain cahaya.

Terjaga aku tersentak duduk
terdengar irama panggilan jaya
naik gembira meremang roma
terlihat panji terkibar di muka.

Seketika teralpa;
masuk bisik hembusan setan
meredakan darah debur gemuruh
menjatuhkan kelopak mata terbuka.

Terbaring badanku tiada berkuasa
tertutup mataku berat semata
terbuka layar gelanggang angan
terulik hatiku di dalam kelam.

Tetapi hatiku, hatiku kecil
tiada terlayang di awang dendang
menangis ia bersuara seni
ibakan panji tiada terdiri.

Sumber: Nyanyi Sunyi (1937)

Analisis Puisi:
Puisi "Subuh" karya Amir Hamzah menggambarkan momen saat fajar menyingsing dan suasana subuh terbentuk. Dalam puisi ini, penyair menggambarkan perasaan keagungan alam dan perenungan dalam diri. Melalui penggunaan bahasa yang indah, puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan tentang keindahan alam dan makna mendalam di dalamnya.

Penggambaran Alam Subuh: Puisi ini membawa pembaca ke momen saat fajar tiba, di mana suasana sepi dan sunyi terasa. Bahasa seperti "Kalau subuh kedengaran tabuh, semua sepi sunyi sekali" menciptakan gambaran kesunyian dan ketenangan saat fajar menyingsing. Penyair juga menggambarkan keindahan alam, seperti "bulan seorang tertawa terang, bintang mutiara bermain cahaya."

Panggilan Menuju Ketenangan: Puisi ini menciptakan gambaran seseorang yang terbangun oleh irama panggilan subuh. Bahasa seperti "Terjaga aku tersentak duduk, terdengar irama panggilan jaya" menggambarkan bagaimana suara panggilan subuh dapat membangunkan seseorang dari tidur dan membangkitkan perasaan gembira dan meremang.

Konflik Dalam Diri: Namun, puisi ini juga menggambarkan konflik dalam diri penyair. Suara panggilan subuh digambarkan sebagai "bisik hembusan setan" yang meredakan perasaan perenungan dan mendalam dalam diri. Penggunaan bahasa ini menciptakan kontras antara ketenangan alam dan konflik dalam diri.

Ketidakberdayaan dan Refleksi: Puisi ini menggambarkan perasaan ketidakberdayaan dan keterbatasan manusia, seperti "Terbaring badanku tiada berkuasa, tertutup mataku berat semata." Di tengah kelemahan tersebut, hati penyair tetap mengalami perasaan mendalam, seperti "terulik hatiku di dalam kelam."

Tengku Amir Hamzah
Puisi: Subuh
Karya: Amir Hamzah

Biodata Amir Hamzah:
  • Amir Hamzah memiliki nama lengkap Tengku Amir Hamzah Pangeran Indra Putera.
  • Amir Hamzah adalah salah satu sastrawan Indonesia angkatan Pujangga Baru (angkatan '30-an atau angkatan 1933).
  • Amir Hamzah lahir pada tanggal 28 Februari 1911 di Binjai, Langkat, Sumatra Utara.
  • Ayahnya bernama Tengku Muhammad Adil (meninggal dunia pada tahun 1933).
  • Ibunya bernama Tengku Mahjiwa (meninggal dunia pada tahun 1931).
  • Amir Hamzah menikah dengan seorang perempuan bernama Kamiliah pada tanggal 1937. Pernikahan ini tersebut dikaruniai seorang anak bernama Tengku Tahura.
  • Amir Hamzah meninggal dunia pada tanggal 20 Maret 1946.
  • Amir Hamzah adalah salah satu pendiri majalah sastra Pujangga Baru (bersama Sutan Takdir Alisjahbana dan Armijn Pane) pada tahun 1932.
  • Dalam dunia sastra, Amir Hamzah diberi julukan Raja Penyair Zaman Pujangga Baru.
© Sepenuhnya. All rights reserved.