Puisi: Keranda (Karya Joko Pinurbo)

Puisi "Keranda" karya Joko Pinurbo menggambarkan pengalaman yang sangat mendalam, terutama dalam konteks hubungan antara orang tua dan anak.
Keranda

Ranjang meminta kembali tubuh
yang pernah dilahirkan dan diasuhnya
dengan sepenuh cinta.

"Semoga anakku yang pemberani,
yang jauh merantau ke negeri-negeri igauan,
menemukan jalan untuk pulang;
pun jika aku sudah lapuk dan karatan."

Tapi tubuh sudah begitu jauh mengembara.
Kalaupun sesekali datang, ia datang
hanya untuk menabung luka.

Dan ketika akhirnya pulang
ia sudah mayat tinggal rangka.

Bagai si buta yang renta dan terbata-bata
ia mengetuk-ngetuk pintu: "Ibu!"

Ranjang yang demikian tegar lagi penyabar
memeluknya erat: "Aku rela jadi keranda untukmu."

1996

Sumber: Celana (1999)

Analisis Puisi:
Puisi "Keranda" karya Joko Pinurbo adalah karya yang pendek tetapi sarat dengan makna dan emosi. Dalam puisi ini, penyair menggambarkan pengalaman yang sangat mendalam, terutama dalam konteks hubungan antara orang tua dan anak.

Kematian dan Perpisahan: Puisi ini menggambarkan tema kematian dan perpisahan. Ranjang yang merindukan anaknya yang telah pergi dan menjelajah ke negeri-negeri yang jauh mengungkapkan kerinduan seorang orang tua kepada anaknya yang sudah pergi. Kematian, yang diwakili oleh kata "mayat," adalah bentuk perpisahan yang sangat akhir.

Nostalgia dan Kerinduan: Ranjang adalah simbol dari rasa kerinduan, nostalgia, dan cinta seorang ibu yang tulus terhadap anaknya yang telah meninggalkannya. Ia merindukan anak yang telah pergi untuk meraih impian dan mencari jalan hidupnya, tetapi anak itu telah lama pergi.

Sikap dan Pengorbanan: Ranjang tidak hanya merindukan anaknya, tetapi juga bersikap sabar dan pengorbanan. Ia rela menjadi "keranda" atau tempat terakhir untuk anaknya. Ini mencerminkan cinta sejati seorang ibu yang bersedia melakukan segala hal untuk anaknya, bahkan pada saat-saat yang penuh dengan kesedihan dan perpisahan.

Pesan dan Kesan: Puisi ini memberikan pesan tentang pentingnya hubungan antara orang tua dan anak, serta kesetiaan dan cinta yang abadi. Meskipun anak pergi dan perpisahan terjadi, rasa cinta dan kerinduan tetap abadi.

Dengan kata-kata yang sederhana, Joko Pinurbo menyampaikan perasaan yang mendalam tentang cinta seorang ibu yang tidak tergoyahkan meskipun anaknya sudah meninggal. Puisi ini menyentuh hati pembaca dan menggambarkan keindahan dalam pengorbanan dan rasa cinta sejati.

Puisi Keranda
Puisi: Keranda
Karya: Joko Pinurbo
© Sepenuhnya. All rights reserved.