Puisi: Negeriku (Karya Mustofa Bisri)

Puisi "Negeriku" karya Mustofa Bisri mengandung kritik sosial yang tajam terhadap kondisi sosial dan ekonomi dalam negeri, sambil menggunakan ....
Negeriku

Mana ada negeri sesubur negeriku?
Sawahnya tak hanya menumbuhkan padi, tebu, dan jagung
tapi juga pabrik, tempat rekreasi, dan gedung
perabot-perabot orang kaya di dunia.

Dan burung-burung indah piaraan mereka
berasal dari hutanku.
Ikan-ikan pilihan yang mereka santap
bermula dari lautku.
Emas dan perak perhiasan mereka
digali dari tambangku.
Air bersih yang mereka minum
bersumber dari keringatku.

Mana ada negeri sekaya negeriku?
Majikan-majikan bangsaku
memiliki buruh-buruh mancanegara
brankas-brankas ternama di mana-mana
menyimpan harta-hartaku.
Negeriku menumbuhkan konglomerat
dan mengikis habis kaum melarat
rata-rata pemimpin negeriku
dan handai taulannya
terkaya di dunia.

Mana ada negeri semakmur negeriku
penganggur-penganggur diberi perumahan
gaji dan pensiun setiap bulan
rakyat-rakyat kecil menyumbang
negara tanpa imbalan
rampok-rampok diberi rekomendasi
dengan kop sakti instansi
maling-maling diberi konsesi
tikus dan kucing
dengan asyik berkolusi.

1414 H

Sumber: Pahlawan dan Tikus (1995)

Analisis Puisi:
Puisi "Negeriku" karya Mustofa Bisri mengandung kritik sosial yang tajam terhadap kondisi sosial dan ekonomi dalam negeri, sambil menggunakan gaya bahasa yang sederhana dan kuat. Puisi ini mencerminkan keprihatinan terhadap eksploitasi sumber daya alam, ketidaksetaraan ekonomi, dan ketergantungan terhadap asing.

Subur dan Kekayaan Negeri: Penyair mulai dengan merangkai pertanyaan-pertanyaan retoris yang menyoroti betapa kaya dan subur negeri ini. Selain menghasilkan hasil pertanian seperti padi, tebu, dan jagung, negeri ini juga memiliki pabrik, tempat rekreasi, dan gedung mewah milik orang kaya. Namun, pertanyaan ini segera menjadi pengantar bagi penyajian kenyataan yang berbeda di seluruh puisi.

Eksploitasi Sumber Daya: Penyair menjelaskan bagaimana burung-burung indah, ikan-ikan, emas, perak, dan air bersih, yang menjadi simbol kekayaan alam, semuanya berasal dari negeri ini. Namun, mereka dikuasai dan dimanfaatkan oleh "majikan-majikan bangsaku," mengungkapkan eksploitasi sumber daya alam dan tenaga kerja yang menguntungkan kelompok kaya dan kuat.

Ketidaksetaraan Ekonomi: Puisi ini menyoroti kesenjangan ekonomi yang dalam. Pemimpin negeri dan handai taulannya tercatat sebagai orang terkaya di dunia, sementara kaum melarat terus merasa terpinggirkan dan terkikis. Para konglomerat tumbuh subur sementara rakyat jelata merana.

Korupsi dan Ketergantungan: Penyair menyingkap praktik-praktik korupsi dan nepotisme yang melanda negeri ini. Para penjahat dan penipu bahkan mendapatkan rekomendasi dan dukungan dari aparat dan lembaga-lembaga yang seharusnya menegakkan hukum. Puisi ini mengkritik kecenderungan orang-orang yang kuasa untuk berkolusi dengan siapa pun demi keuntungan pribadi.

Puisi "Negeriku" karya Mustofa Bisri adalah suara kritik sosial yang sangat kuat terhadap kondisi ekonomi, sosial, dan politik di dalam negeri. Dengan menggunakan bahasa yang tajam dan sederhana, penyair berhasil mengungkapkan keprihatinan akan ketidaksetaraan, eksploitasi sumber daya, korupsi, dan ketidakadilan dalam sistem yang ada. Puisi ini membangkitkan kesadaran akan perlunya perubahan dan pengambilan tindakan untuk menghadapi tantangan-tantangan ini dalam rangka membangun masyarakat yang lebih adil dan berkeadilan.

Mustofa Bisri
Puisi: Negeriku
Karya: Mustofa Bisri (Gus Mus)

Biodata Mustofa Bisri:
  • Dr. (H.C.) K.H. Ahmad Mustofa Bisri (sering disapa Gus Mus) lahir pada anggal 10 Agustus 1944 di Rembang. Ia adalah seorang penyair yang cukup produktif yang sudah menerbitkan banyak buku.
  • Selain menulis puisi, Gus Mus juga menulis cerpen dan esai-esai keagamaan. Budayawan yang satu ini juga merupakan seorang penerjemah yang handal.
  • Gus Mus adalah seorang kiai yang memiliki banyak profesi, termasuk pelukis kaligrafi dan bahkan terlibat dalam dunia politik.
© Sepenuhnya. All rights reserved.