Puisi: Kepada Ulang Tahun (Karya Diah Hadaning)

Puisi "Kepada Ulang Tahun" karya Diah Hadaning menggambarkan perasaan dan refleksi pada momen ulang tahun. Puisi ini mengajak pembaca masuk ke ....
Kepada Ulang Tahun


Di kamarku yang putih dan benderang
segala bentuk justru menjadi bayang-bayang
dalam titik, dalam garis, dalam lengkung
yang melingkar pada titian malam
batas antara ratap dan harap
yang aku tak tahu begitu pasti
adakah kemarin lebih bening atau nanti bahkan buram
hanya tadi sempat kucatat
tak ada kembang sama sekali
tak ada basa basi
itu mungkin terlalu kekanak-kanakan untuk hari ini.

Datanglah kau dan setiap sahabatmu
ah, tanpa senyum-senyum dan jabat tangan
mestinya biasa akan lebih terbuka
kita bicara-bicara tentang kota dan desa
kita bicara juga tentang pohon tua di panti wredha
kita sebutir biji yang saling bersemi dari sana
kita sebuah batu yang luput dari bencana.

Di kamarku yang putih dan benderang
seribu cerita hari lalu pengganti ayam panggang
di kamarku yang putih dan benderang
kita mengganti bintang sepanjang malam
dan memutar lagu-lagu yang mengalun dari pita-pita kalbu
kita semua harus setuju
sebelum keluar meninggalkan pintu rumahku.


Jakarta, 1979

Analisis Puisi:
Puisi "Kepada Ulang Tahun" karya Diah Hadaning menggambarkan perasaan dan refleksi pada momen ulang tahun. Puisi ini mengajak pembaca masuk ke dalam kamarnya yang putih dan benderang, di mana segala bentuk menjadi bayangan dan garis-garis melingkar pada titian malam. Puisi ini mengeksplorasi perasaan antara ratap dan harap, di mana batasnya tidak jelas dan masa lalu serta masa depan saling berbaur.

Penyair menggambarkan ketidakpastian yang dirasakannya terhadap apa yang lebih jelas, apakah kemarin atau masa depan yang lebih bening atau bahkan buram. Namun, di tengah ketidakpastian tersebut, ia mencatat momen-momen yang telah terjadi, tanpa kembang-kembang atau basa-basi yang terlalu kekanak-kanakan untuk hari ini.

Penyair juga mengajak kedatangan orang-orang terdekat, sahabat dan teman-teman, tanpa senyum-senyum atau jabat tangan yang biasa. Mereka berbicara tentang kota dan desa, juga tentang pohon tua di panti wredha yang menjadi simbol kehidupan dan keterhubungan mereka. Mereka adalah biji yang saling bersemi dari tempat tersebut, dan bersama-sama mereka adalah batu yang luput dari bencana.

Di dalam kamarnya yang putih dan benderang, penyair menciptakan seribu cerita hari lalu yang menggantikan ayam panggang, dan mereka mengganti bintang-bintang sepanjang malam. Mereka memutar lagu-lagu yang mengalun dari pita-pita kalbu, dan sebelum keluar meninggalkan pintu rumah penyair, mereka semua harus setuju.

Secara keseluruhan, "Kepada Ulang Tahun" adalah sebuah refleksi tentang momen ulang tahun yang penuh perasaan, ketidakpastian, dan kebersamaan. Puisi ini mengajak pembaca untuk memahami betapa kompleksnya perasaan dan refleksi pada saat-saat yang merayakan kelahiran dan masa lalu, serta memandang masa depan dengan harapan.

Puisi: Kepada Ulang Tahun
Puisi: Kepada Ulang Tahun
Karya: Diah Hadaning
© Sepenuhnya. All rights reserved.