Analisis Puisi:
Puisi "Kepada Ulang Tahun" karya Diah Hadaning menggambarkan perasaan dan refleksi pada momen ulang tahun. Puisi ini mengajak pembaca masuk ke dalam kamarnya yang putih dan benderang, di mana segala bentuk menjadi bayangan dan garis-garis melingkar pada titian malam. Puisi ini mengeksplorasi perasaan antara ratap dan harap, di mana batasnya tidak jelas dan masa lalu serta masa depan saling berbaur.
Penyair menggambarkan ketidakpastian yang dirasakannya terhadap apa yang lebih jelas, apakah kemarin atau masa depan yang lebih bening atau bahkan buram. Namun, di tengah ketidakpastian tersebut, ia mencatat momen-momen yang telah terjadi, tanpa kembang-kembang atau basa-basi yang terlalu kekanak-kanakan untuk hari ini.
Penyair juga mengajak kedatangan orang-orang terdekat, sahabat dan teman-teman, tanpa senyum-senyum atau jabat tangan yang biasa. Mereka berbicara tentang kota dan desa, juga tentang pohon tua di panti wredha yang menjadi simbol kehidupan dan keterhubungan mereka. Mereka adalah biji yang saling bersemi dari tempat tersebut, dan bersama-sama mereka adalah batu yang luput dari bencana.
Di dalam kamarnya yang putih dan benderang, penyair menciptakan seribu cerita hari lalu yang menggantikan ayam panggang, dan mereka mengganti bintang-bintang sepanjang malam. Mereka memutar lagu-lagu yang mengalun dari pita-pita kalbu, dan sebelum keluar meninggalkan pintu rumah penyair, mereka semua harus setuju.
Secara keseluruhan, "Kepada Ulang Tahun" adalah sebuah refleksi tentang momen ulang tahun yang penuh perasaan, ketidakpastian, dan kebersamaan. Puisi ini mengajak pembaca untuk memahami betapa kompleksnya perasaan dan refleksi pada saat-saat yang merayakan kelahiran dan masa lalu, serta memandang masa depan dengan harapan.
Puisi: Kepada Ulang Tahun
Karya: Diah Hadaning