Puisi: Requiem bagi Kepompong yang Tak Sempat Bisa Terbang (Karya Dorothea Rosa Herliany)

Puisi "Requiem bagi Kepompong yang Tak Sempat Bisa Terbang" karya Dorothea Rosa Herliany adalah sebuah puisi yang mengeksplorasi tema-tema tentang ...
Requiem bagi Kepompong
Yang Tak Sempat Bisa Terbang


Di sinikah tepi bagimu, ketika segalanya berubah
abu. tinggal asap. kau tak mampu menyingkapkan tirai
tipis itu. debur laut makin jauh. melongokmu.
di sinikah tepi bagimu?

Mulut-mulut masih bercerita: apa arti kenangan bagi
benang yang tak rampung kaupintal? semua
menyisipkan bunga-bunga pada kata-katanya. masih
kebohongan dan kepalsuan yang melepaskanmu.

Di sinikah tepi bagimu, laut tak memberikan garam.
tapi matahari menyebarkan asing siang yang terik.
keringat-keringat pertentangan. tendang-menendang
kehidupan yang disyahkan. sebuah kota sebelum ajal.
di sinikah tepi bagimu?

Sebuah stasiun bisu. gerbong-gerbong jadi keranda.
bergerit dalam ngilu. kehitaman lokomotif dan dengus
: batuk dalam darah di dadamu! kehidupan inikah
tepi bagimu.

Telegram tak terbaca di mejaku. kado-kado
belasungkawa tak pernah dikirimkan. duka sudah
habis. juga pada toko-toko swalayan. tinggal harapan
pada pantat lalat yang terpeleset kilau keangkuhan lelaki
di belakang loket.

Menontonlah kita di kejauhan!


1992

Sumber: Nikah Ilalang (1995)

Analisis Puisi:
Puisi "Requiem bagi Kepompong yang Tak Sempat Bisa Terbang" karya Dorothea Rosa Herliany adalah sebuah puisi yang mengeksplorasi tema-tema tentang perubahan, kehilangan, dan kebingungan dalam kehidupan. Puisi ini menggunakan metafora kehidupan kepompong yang tak sempat menjadi kupu-kupu sebagai cerminan dari perjalanan hidup manusia. Mari kita analisis puisi ini lebih lanjut.

Perubahan dan Kehilangan: Penyair menggunakan gambaran kepompong yang tak sempat menjadi kupu-kupu sebagai representasi perubahan dan kehilangan dalam kehidupan. Puisi ini menggambarkan bagaimana segalanya berubah menjadi abu dan asap, dan bagaimana kehidupan yang dahulu penuh harapan dan potensi sekarang berubah menjadi kenyataan yang tak diinginkan.

Tepi dan Batas: Tema tepi atau batas juga hadir dalam puisi ini. Penyair bertanya apakah ada tepi atau batas yang menjadi pembatas antara apa yang diketahui dan tidak diketahui, antara kehidupan yang nyata dan khayalan, antara harapan dan kenyataan.

Kenangan dan Palsu: Penyair menyentuh tema kenangan dan kepalsuan. Kenangan-kenangan yang tidak lengkap, seperti benang yang tak rampung kaupintal, dan kebohongan serta kepalsuan yang melepaskanmu, merujuk pada hal-hal yang tak sepenuhnya nyata atau kurang lengkap.

Kehampaan dan Pertentangan: Puisi ini menggambarkan kehampaan dan pertentangan dalam kehidupan. Gerbong-gerbong keranda yang bergerit dalam ngilu mencerminkan kehampaan dan kekosongan yang mungkin dialami oleh kepompong yang tak bisa terbang. Di sisi lain, ada pertentangan dalam kehidupan, seperti batuk dalam darah di dadamu, yang menandakan penderitaan dan perjuangan yang tak kunjung berakhir.

Ketidakmampuan Berkomunikasi: Penyair menyinggung ketidakmampuan berkomunikasi dan kurangnya empati dalam kehidupan modern. Telegram tak terbaca dan kado-kado belasungkawa yang tak pernah dikirimkan menunjukkan ketidakmampuan manusia untuk menyampaikan rasa simpati dan pengertian kepada orang lain.

Kejauhan dan Pengamatan: Puisi ini mengakhiri dengan mengajak pembaca untuk menonton dari kejauhan. Ini bisa menjadi sebuah refleksi tentang bagaimana manusia mungkin merasa terasing atau hanya sebagai pengamat dalam kehidupan ini, tanpa merasa benar-benar terlibat.

Puisi "Requiem bagi Kepompong yang Tak Sempat Bisa Terbang" karya Dorothea Rosa Herliany adalah sebuah karya yang penuh dengan metafora dan gambaran yang kuat tentang kehidupan dan perubahan. Penyair menggambarkan kehidupan sebagai sebuah perjalanan dengan banyak kebingungan, kehilangan, dan ketidakpastian. Puisi ini menantang pembaca untuk merenungkan tentang arti kehidupan, harapan, dan batas-batas yang ada dalam perjalanan hidup manusia.

Dorothea Rosa Herliany
Puisi: Requiem bagi Kepompong yang Tak Sempat Bisa Terbang
Karya: Dorothea Rosa Herliany

Biodata Dorothea Rosa Herliany:
  • Dorothea Rosa Herliany lahir pada tanggal 20 Oktober 1963 di Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Ia adalah seorang penulis (puisi, cerita pendek, esai, dan novel) yang produktif.
  • Dorothea sudah menulis sejak tahun 1985 dan mengirim tulisannya ke berbagai majalah dan surat kabar, antaranya: Horison, Basis, Kompas, Media Indonesia, Sarinah, Suara Pembaharuan, Mutiara, Citra Yogya, Dewan Sastra (Malaysia), Kalam, Republika, Pelita, Pikiran Rakyat, Surabaya Post, Jawa Pos, dan lain sebagainya.
© Sepenuhnya. All rights reserved.