Puisi: Buat sebuah Nama (Karya Ajip Rosidi)

Puisi "Buat sebuah Nama" karya Ajip Rosidi menggambarkan kekecewaan terhadap kepemimpinan yang tidak memprioritaskan kepentingan rakyat. Penyair ...
Buat sebuah Nama


Telah kau siram bumi pertiwi
dengan darahmu yang merah: Maka kini
kaulihat pemimpin-pemimpin besar cakap
tak lebih dari para pemain sulap
yang bersumpah atas nama Tuhan
hanya untuk pangkat dan kedudukan.

Telah kauberi contoh keikhlasan berkurban
terhadap tanah-air, bangsa dan Kebenaran
yang selama ini hendak dipalsukan
di bawah kebuasan nafsu dan kesewenang-wenangan.

Dan telah kau buktikan bahwa dari apapun
lebih kau cintai Kemerdekaan. Kehidupan
manusia-budak yang bergelimang kemewahan duniawi
kau tolak dengan tegas dan pasti. Lalu secara sederhana
kau pilih Keadilan – yang lama telah dilupakan
meski para pemimpin tak kunjung henti
menjajakannya dalam setiap upacara
dengan berbagai pidato berapi api
dengan berbagai slogan dan semboyan
yang tak satupun punya arti
bagi kehidupan rakyat sehari-hari.


1967

Analisis Puisi:
Puisi "Buat sebuah Nama" karya Ajip Rosidi menghadirkan kritik tajam terhadap pemimpin dan keadaan politik yang terdapat dalam tanah air.

Keikhlasan dan Kebenaran: Pembukaan puisi dengan menyebutkan pemberian darah kepada bumi pertiwi menyoroti keikhlasan dan pengabdian terhadap tanah air. Namun, pemimpin dianggap sebagai pemain sulap yang bersumpah atas nama Tuhan hanya demi kekuasaan.

Pemimpin dan Kedudukan: Puisi menyuarakan ketidakpuasan terhadap pemimpin yang lebih fokus pada pangkat dan kedudukan daripada pada tanggung jawabnya terhadap rakyat. Sumpah atas nama Tuhan dianggap hampa makna jika hanya untuk kepentingan pribadi.

Cinta terhadap Kemerdekaan: Puisi menggambarkan sikap penulis yang menolak kehidupan yang penuh dengan kemewahan duniawi dan bergelimang kekayaan. Keputusan untuk memilih keadilan sebagai bentuk cinta terhadap kemerdekaan menunjukkan kesetiaan pada nilai-nilai yang seharusnya menjadi landasan pembangunan negara.

Pidato dan Slogan Tanpa Arti: Penyair menyindir pidato-pidato dan slogan-slogan kosong yang diucapkan oleh pemimpin, tanpa memberikan dampak nyata pada kehidupan sehari-hari rakyat. Slogan-slogan tersebut dinilai tidak memiliki arti konkret dan hanya menjadi retorika politik.

Kritik terhadap Kemewahan: Penolakan terhadap kehidupan manusia-budak yang diwarnai oleh kemewahan menjadi bukti nyata kesederhanaan dan kesetiaan terhadap prinsip-prinsip keadilan. Ini menciptakan kontras dengan kehidupan pemimpin yang dinilai lebih memilih kehidupan mewah.

Puisi "Buat sebuah Nama" karya Ajip Rosidi adalah suara kritis yang menggambarkan kekecewaan terhadap kepemimpinan yang tidak memprioritaskan kepentingan rakyat. Penyair menegaskan pentingnya keikhlasan, keadilan, dan cinta terhadap kemerdekaan sebagai landasan utama dalam membangun dan memimpin sebuah bangsa. Puisi ini bukan hanya sebuah kritik, tetapi juga panggilan untuk menghidupkan kembali nilai-nilai yang seharusnya menjadi dasar pembangunan dan pemerintahan di tanah air.

Puisi Ajip Rosidi
Puisi: Buat sebuah Nama
Karya: Ajip Rosidi

Biodata Ajip Rosidi:
  • Ajip Rosidi lahir pada tanggal 31 Januari 1938 di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat.
  • Ajip Rosidi meninggal dunia pada tanggal 29 Juli 2020 (pada usia 82 tahun) di Magelang, Jawa Tengah.
  • Ajip Rosidi adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.