Puisi: Rumah Sakit (Karya Joko Pinurbo)

Puisi "Rumah Sakit" karya Joko Pinurbo menggambarkan rumah sebagai metafora untuk rumah sakit yang nyaman dan murah. Dalam puisi ini, rumah tidak ...
Rumah Sakit

Rumah adalah rumah sakit yang paling nyaman
dan murah, sebab, kalau mau, kau bisa sakit sepuasmu.
Ada perawat seksi yang, meskipun bawel, tak pernah
bosan menemanimu, sangat sabar mengasuh sakitmu
supaya makin kuat dan dewasa dan makin mengasihimu.
Sementara nafasmu terengah-engah dan nyerimu
bertambah parah, enak saja ia bicara, "Hanya orang lemah
yang tak mau sakit." Bahkan ia suka menantang,
"Kalau mau sakit, jangan setengah-setengah."

Perawat yang satu ini selalu hadir di setiap sudut rumah.
Di album foto yang banyak bercerita tentang masa kecil
kurang bahagia. Di almarhum kalender yang cuma bisa
meninggalkan sekian banyak rencana. Di ruang tidur
yang penuh dengan insomnia. Di kamar mandi yang saat
kau mandi pintunya tetap kaukunci walau kau cuma
sendirian di rumah - entah kau takut atau malu pada siapa.
Di robekan celana yang kaujahit malam-malam
sambil tersedu-sedu sehingga kau malah menjahit jarimu.

Bila tak ada lagi obat yang kauanggap mujarab,
dengan lembut dan hangat perawatmu mencium jidatmu:
"Minumlah aku, telanlah aku, makanlah aku."

2004

Analisis Puisi:
Puisi "Rumah Sakit" karya Joko Pinurbo menggambarkan rumah sebagai metafora untuk rumah sakit yang nyaman dan murah. Dalam puisi ini, rumah tidak hanya dianggap sebagai tempat tinggal, tetapi juga sebagai tempat penyembuhan fisik dan emosional.

Metafora Rumah Sakit: Penyair menggunakan rumah sebagai metafora untuk rumah sakit, tempat di mana seseorang dapat mengalami kesakitan, baik secara fisik maupun emosional. Meskipun rumah seharusnya menjadi tempat perlindungan dan kenyamanan, dalam puisi ini, rumah diibaratkan sebagai rumah sakit, tempat di mana seseorang bisa merasakan kesakitan dan ketidaknyamanan.

Perawat dan Pengasuh: Perawat dalam puisi ini tidak hanya merupakan figur medis, tetapi juga sebagai figur yang memberikan dukungan emosional. Mereka hadir di setiap sudut rumah, menggambarkan bahwa dukungan dan perawatan tidak hanya terjadi di rumah sakit secara harfiah, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.

Kehadiran Emosional: Puisi ini menyoroti kehadiran emosional dalam pengalaman sakit dan penyembuhan. Dengan menggambarkan perawat sebagai figur yang hangat dan penuh kasih, penyair menekankan pentingnya dukungan emosional dalam proses penyembuhan.

Penolakan dan Penerimaan: Puisi ini menggambarkan penolakan dan penerimaan terhadap kondisi sakit. Meskipun ada perlawanan terhadap kondisi yang menyakitkan, perawat mengajak untuk menerima dan menelan obat, yang mungkin merupakan metafora untuk menerima kenyataan dan proses penyembuhan.

Kritik Sosial: Puisi ini juga dapat diinterpretasikan sebagai kritik terhadap sistem kesehatan atau paradigma masyarakat terhadap sakit dan penyembuhan. Penyair menyoroti bahwa rumah sakit bukanlah satu-satunya tempat di mana seseorang bisa sakit dan menerima perawatan.

Secara keseluruhan, puisi "Rumah Sakit" karya Joko Pinurbo adalah puisi yang mendalam tentang pengalaman sakit, penyembuhan, dan dukungan emosional yang diperlukan dalam proses penyembuhan. Puisi ini menyoroti kompleksitas hubungan manusia dengan kesakitan dan kenyamanan, serta pentingnya pengasuhan dan dukungan dalam menghadapi tantangan kehidupan.

Puisi: Rumah Sakit
Puisi: Rumah Sakit
Karya: Joko Pinurbo
© Sepenuhnya. All rights reserved.