Puisi: Beri Daku Sumba (Karya Taufiq Ismail)

Puisi "Beri Daku Sumba" membangkitkan keindahan alam dan kehidupan di Sumba. Taufiq Ismail dengan indahnya menciptakan gambaran yang melibatkan ...
Beri Daku Sumba
Di Uzbekistan, ada padang terbuka dan berdebu
aneh, aku jadi ingat pada Umbu

Rinduku pada Sumba adalah rindu padang-padang terbuka
Di mana matahari membusur api di atas sana
Rinduku pada Sumba adalah rindu peternak perjaka
Bilamana peluh dan tenaga tanpa dihitung harga

Tanah rumput, topi rumput dan jerami bekas rumput
Kleneng genta, ringkik kuda dan teriakan gembala
Berdirilah di pesisir, matahari ‘kan terbit dari laut
Dan angin zat asam panas dikipas dari sana

Beri daku sepotong daging bakar, lenguh kerbau dan sapi malam hari
Beri daku sepucuk gitar, bossa nova dan tiga ekor kuda
Beri daku cuaca tropika, kering tanpa hujan ratusan hari
Beri daku ranah tanpa pagar, luas tak terkata, namanya Sumba

Rinduku pada Sumba adalah rindu seribu ekor kuda
Yang turun menggemuruh di kaki bukit-bukit yang jauh
Sementara langit bagai kain tenunan tangan, gelap coklat tua
Dan bola api, merah padam, membenam di ufuk teduh

Rinduku pada Sumba adalah rindu padang-padang terbuka
Di mana matahari bagai bola api, cuaca kering dan ternak melenguh
Rinduku pada Sumba adalah rindu seribu ekor kuda
Yang turun menggemuruh di kaki bukit-bukit yang jauh.

1970

Sumber: Horison (Agustus, 1971)

Analisis Puisi:
Puisi "Beri Daku Sumba" karya Taufiq Ismail adalah sebuah karya sastra yang merayakan keindahan dan kekayaan alam serta budaya Sumba.

Rindu pada Alam Terbuka: Puisi ini menggambarkan rindu yang mendalam pada padang-padang terbuka di Sumba. Matahari yang membusur api, tanah rumput, dan langit tenunan tangan menjadi gambaran alam yang sangat kuat. Penyair mengekspresikan nostalgia dan kekaguman pada keindahan alam Sumba.

Kehidupan Peternak: Puisi merayakan peternak perjaka dan kehidupan sederhana di pedesaan Sumba. Peluh dan tenaga yang dihasilkan tanpa menghitung harga menjadi simbol keterhubungan manusia dengan alam serta kerja keras peternak yang hidup harmonis dengan lingkungan.

Citra Alam dan Cuaca Tropika: Penyair menciptakan citra cuaca tropika yang kering tanpa hujan ratusan hari. Ini menciptakan gambaran tantangan dan kerasnya kehidupan di daerah tersebut, sekaligus menunjukkan keunikan iklimnya.

Kebebasan dan Luasnya Tanah Sumba: Puisi merayakan kebebasan di Sumba dengan menekankan ranah tanpa pagar yang luas dan tak terkata. Sumba dihadirkan sebagai tempat yang bebas dan tanpa batasan, mengajak pembaca merenung tentang keindahan dan kebebasan alam.

Kuda sebagai Simbol: Kuda menjadi simbol sentral dalam puisi ini. Seribu ekor kuda yang turun menggemuruh di kaki bukit-bukit menjadi gambaran vitalitas dan kehidupan di Sumba. Kuda juga menggambarkan keindahan budaya dan keberagaman di daerah tersebut.

Warna dan Suara Alam: Penyair menggunakan warna dan suara alam untuk memperkuat pengalaman pembaca. Matahari sebagai bola api, langit coklat tua, dan suara lenguh ternak memberikan dimensi estetis dan sensorial pada puisi.

Eksplorasi Nostalgia dan Keindahan: Puisi ini secara keseluruhan merupakan eksplorasi penyair terhadap rasa rindu dan keindahan Sumba. Citra-citra yang digambarkan mengundang pembaca untuk merenung dan merasakan keunikan serta keelokan Sumba.

Puisi "Beri Daku Sumba" adalah sebuah puisi yang membangkitkan keindahan alam dan kehidupan di Sumba. Taufiq Ismail dengan indahnya menciptakan gambaran yang melibatkan semua indera pembaca, memperkuat rasa cinta dan rindu pada tempat tersebut. Puisi ini sukses menyajikan potret Sumba sebagai sumber inspirasi dan kekayaan yang tak ternilai.

Puisi Taufiq Ismail
Puisi: Beri Daku Sumba
Karya: Taufiq Ismail

Biodata Taufiq Ismail:
  • Taufiq Ismail lahir pada tanggal 25 Juni 1935 di Bukittinggi, Sumatera Barat.
  • Taufiq Ismail adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.