Puisi: Pengungsi (Karya Beni Setia)

Puisi "Pengungsi" karya Beni Setia menggambarkan penderitaan dan ketidakadilan yang dialami oleh kelompok yang terpinggirkan dalam masyarakat.
Pengungsi


Kami ini barisan
achordeon dada
dengan paru-paru separuh

Rompi zirah indian
jajaran bilah rusuk
setiap saat didera cuaca

Warga kusta yang senantiasa
terengah-engah. Lelah
membongkar tumpukan sampah

Kami ini pewaris
persatuan kusta
di negara cacing pita.


Analisis Puisi:
Puisi "Pengungsi" karya Beni Setia menghadirkan gambaran yang kuat dan menyentuh tentang kondisi para pengungsi. Melalui metafora yang kuat, puisi ini menggambarkan penderitaan, kelemahan, dan perjuangan yang dihadapi oleh kelompok yang terpinggirkan dalam masyarakat.

Metafora dan Simbolisme: Puisi ini menggunakan metafora yang kaya dan kuat. Perumpamaan "achordeon dada" menggambarkan rasa sakit dan ketidaksempurnaan, menggambarkan paru-paru yang berfungsi separuh dan berada dalam tekanan yang besar. "Rompi zirah indian" dan "jajaran bilah rusuk" merepresentasikan perlindungan yang kurang dan ketegangan yang dialami oleh kelompok ini dalam menghadapi kondisi yang keras.

Kondisi yang Tidak Manusia: Penyebutan "Warga kusta" menekankan stereotip dan stigma sosial yang dilekatkan pada kelompok tertentu. Mereka digambarkan sebagai individu yang senantiasa terengah-engah dan lelah, terpinggirkan dalam tugas membongkar tumpukan sampah. Metafora ini menyoroti bagaimana mereka secara sosial dianggap sebagai "sampah" atau tidak diinginkan dalam masyarakat.

Warisan dan Kondisi Sosial: Penutup puisi yang menyebutkan "kami ini pewaris persatuan kusta di negara cacing pita" menegaskan identitas mereka yang terkait dengan kondisi sosial tertentu. "Negara cacing pita" memberikan gambaran bahwa lingkungan mereka terinfeksi oleh ketidakadilan, di mana mereka mewarisi persatuan kusta, sebagai kelompok yang terpinggirkan dalam masyarakat.

Kesadaran Sosial dan Kemanusiaan: Puisi ini merupakan seruan untuk meningkatkan kesadaran sosial dan kemanusiaan terhadap kelompok-kelompok yang terpinggirkan. Penggunaan kata-kata yang kuat, menyentuh, dan gambaran yang jelas dalam puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang peran masyarakat dalam memperlakukan kelompok yang rentan secara lebih manusiawi.

Puisi "Pengungsi" karya Beni Setia merupakan sebuah puisi yang kuat dengan metafora yang menggambarkan penderitaan dan ketidakadilan yang dialami oleh kelompok yang terpinggirkan dalam masyarakat. Puisi ini menyoroti ketidaksempurnaan, ketidakadilan, serta perlakuan sosial terhadap kelompok-kelompok yang sering diabaikan. Melalui penekanan pada perjuangan dan kelemahan kelompok tersebut, puisi ini mendorong kita untuk mempertimbangkan peran masyarakat dalam memperlakukan dan memahami kondisi mereka dengan lebih empati dan kemanusiaan.

Beni Setia
Puisi: Pengungsi
Karya: Beni Setia

Biodata Beni Setia:
  • Beni Setia lahir pada tanggal 1 Januari 1954 di Soreang, Bandung Selatan, Jawa Barat, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.