Puisi: Mantra Bungsu (Karya Nirwan Dewanto)

Puisi "Mantra Bungsu" tidak hanya menggambarkan hubungan manusiawi, tetapi juga mengaitkannya dengan dimensi spiritual dan universal yang lebih besar.
Mantra Bungsu
(untuk Felix Girindra Rangati Birkhazi)

Kuhauskan diriku
agar kau masuki aku.
Kuringankan jantungku
agar kau layarkan aku.
Kutanahkan jasadku
agar kau hujani aku.
Kukeringkan mataku
dan kau air mataku.

Kau paras samudra
ke pulau mengejar daku.
Kau selubung gempa
ke pintu menghempas daku.
Kau pakaian angkasa
ke atap menghunus daku.
Kau seluas Kata
ke maut menawar daku.

Kian palung tubuhku
bercinta dengan arusmu.
Kian pukat urat darahku
berkelindan ke lubukmu.
Kian matahari mataku
terasuh oleh mata airmu.
Kian terpaling pulangmu - 
lautmu lesap ke akarku.


2005

Sumber: Jantung Lebah Ratu (2008)

Analisis Puisi:
Puisi "Mantra Bungsu" karya Nirwan Dewanto adalah sebuah karya yang kaya akan imaji dan bahasa yang simbolis. Dalam puisi ini, terdapat beberapa elemen kunci yang dapat dijelaskan untuk lebih memahami makna dan nuansa yang tersirat:

Pengorbanan dan Penerimaan: Di bait pertama, penyair menyatakan kesiapannya untuk "menghauskan diri" agar orang lain dapat "masuki" dirinya. Ini mungkin mencerminkan sebuah pengorbanan pribadi untuk memberikan tempat bagi orang lain dalam kehidupannya. Demikian juga dengan jantung, jasad, dan mata yang disajikan untuk pengalaman dan keberadaan orang lain.

Imaji Alam dan Keindahan: Penyair menggunakan imaji alam, seperti samudra, gempa, angkasa, dan kata, untuk memberikan dimensi alam semesta pada hubungan dan pengalaman hidup. Penggambaran alam ini menambahkan keindahan dan kebesaran pada elemen-elemen yang digunakan dalam puisi.

Simbolisme dan Metafora: Setiap baris puisi penuh dengan simbolisme dan metafora. Penggunaan "paras samudra" dan "pakaian angkasa" bisa diartikan sebagai kebesaran dan kompleksitas cinta atau pengalaman hidup. Pukat urat darah yang berkelindan dan matahari yang "terasuh oleh mata airmu" menunjukkan keterikatan yang mendalam.

Perjalanan Menuju Akhirat: Baris terakhir menciptakan gambaran tentang perjalanan spiritual atau metafisik, dengan kata "lautmu lesap ke akarku." Ini dapat diartikan sebagai pencarian spiritual yang mendalam, di mana kehidupan dan pengalaman menjadi satu dengan akhirat atau esensi yang lebih besar.

Puitis dan Simetri: Puisi ini terasa puitis dan simetris dalam strukturnya. Setiap pasangan baris memiliki hubungan dan simetri yang kuat, memberikan kekompakan dan keseimbangan pada puisi.

Bahasa Kaya dan Eksploratif: Penggunaan bahasa yang kaya dan eksploratif menandakan kecerdasan penyair dalam mengeksplorasi makna-makna yang mendalam dan kompleks. Setiap kata dan frasa terpilih dengan cermat untuk menciptakan kesan yang mendalam.

Puisi "Mantra Bungsu" tidak hanya menggambarkan hubungan manusiawi, tetapi juga mengaitkannya dengan dimensi spiritual dan universal yang lebih besar. Dengan menggunakan bahasa yang kaya dan simbolisme yang mendalam, Nirwan Dewanto menciptakan karya yang memikat dan memberikan ruang untuk interpretasi yang beragam.

Nirwan Dewanto
Puisi: Mantra Bungsu
Karya: Nirwan Dewanto

Biodata Nirwan Dewanto:
  • Nirwan Dewanto lahir pada tanggal 28 September 1961 di Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.