Puisi: Bercerai (Karya Chairil Anwar)

Puisi "Bercerai" karya Chairil Anwar adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perasaan dan dinamika dalam sebuah hubungan. Dengan bahasa yang ...
Bercerai

Kita musti bercerai
Sebelum kicau murai berderai.

Terlalu kita minta pada malam ini.

Benar belum puas serah-menyerah
Darah masih berbusah-busah.

Terlalu kita minta pada malam ini. 

Kita musti bercerai
Biar surya 'kan menembus oleh malam di perisai

Dua benua bakal bentur-membentur.
Merah kesumba jadi putih kapur.

Bagaimana?
Kalau IDA, mau turut mengabur
Tidak samudra caya tempatmu menghambur.

7 Juni 1943

Sumber: Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang Putus (1949)

Analisis Puisi:
Puisi "Bercerai" karya Chairil Anwar adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perasaan dan dinamika dalam sebuah hubungan. Dengan bahasa yang tajam dan lugas, Chairil Anwar mengeksplorasi tema perpisahan dan patah hati.

Tema Perpisahan dan Patah Hati: Puisi ini dengan jelas menggambarkan tema perpisahan antara dua orang. Kata-kata "Kita musti bercerai" secara tegas menunjukkan keputusan untuk mengakhiri hubungan. Namun, di balik keputusan ini, terdapat nuansa patah hati yang dirasakan oleh pelaku dalam hubungan tersebut. Patah hati ini tercermin dalam baris "Darah masih berbusah-busah," yang menunjukkan bahwa emosi dan perasaan yang dalam masih mengalir seperti darah yang mengalir dalam tubuh.

Keinginan dan Harapan: Puisi ini juga menggambarkan keinginan dan harapan yang mungkin tak tercapai dalam hubungan tersebut. Kata-kata "Terlalu kita minta pada malam ini" menyiratkan bahwa ada ekspektasi yang tinggi, tetapi malam ini mungkin tidak mampu memenuhi harapan tersebut. Keinginan untuk kebahagiaan dan kepuasan dalam hubungan tampak begitu mendalam, namun keadaan seakan tidak memungkinkan.

Pesan tentang Kehidupan: Garis-garis terakhir puisi ini menghadirkan gambaran tentang perubahan besar yang akan datang. Dengan menyebutkan "Dua benua bakal bentur-membentur" dan "Merah kesumba jadi putih kapur," Chairil Anwar mungkin ingin menggambarkan perubahan besar yang akan mengubah segalanya. Hal ini bisa diartikan sebagai perubahan dalam kehidupan, baik dalam hubungan maupun dalam konteks yang lebih luas.

Pertanyaan Terakhir: Puisi ini diakhiri dengan sebuah pertanyaan retoris yang memberikan sedikit sentuhan ironi. Pertanyaan "Bagaimana?" menyoroti kebingungan dan ketidakpastian di hadapan perubahan yang akan datang. Serta, nama "IDA" yang disebutkan mungkin merujuk pada sosok tertentu yang memiliki peran penting dalam hubungan atau kisah ini.

Puisi "Bercerai" karya Chairil Anwar menggambarkan tema perpisahan dan patah hati dalam sebuah hubungan. Dengan bahasa yang tajam dan lugas, puisi ini menghadirkan gambaran tentang emosi, keinginan, dan harapan yang kompleks dalam sebuah situasi yang penuh ketidakpastian dan perubahan.

Chairil Anwar
Puisi: Bercerai
Karya: Chairil Anwar

Biodata Chairil Anwar:
  • Chairil Anwar lahir di Medan, pada tanggal 26 Juli 1922.
  • Chairil Anwar meninggal dunia di Jakarta, pada tanggal 28 April 1949 (pada usia 26 tahun).
  • Chairil Anwar adalah salah satu Sastrawan Angkatan 45.
© Sepenuhnya. All rights reserved.