Puisi: Kurnia (Karya Amir Hamzah)

Puisi "Kurnia" karya Amir Hamzah menggambarkan keberadaan kurnia atau karunia yang diterima oleh seorang individu. Melalui pemilihan kata-kata yang ..
Kurnia


Kau kurniai aku
Kelereng kaca cerah cuaca
Hikmat raya tersembunyi dalamnya
Jua bahaya dikandung kurnia, jampi kau beri
Menundukkan kepala naga angkara

Kelereng kaca kilauan kasih
Menunjukkan daku tulisan tangan-Mu
Memaksa sukmaku bersorak raya
Melapangkan dadaku, senantiasa sentosa
Sebab kelereng guli riwarni
Kuketahui langit tinggi berdiri
Tanah rendah membukit datar

Kutilik diriku, dua sifat mesra satu:
Melangit tinggi, membumi keji.


Sumber: Nyanyi Sunyi (1937)

Analisis Puisi:
Puisi "Kurnia" karya Amir Hamzah adalah karya sastra yang menggambarkan keberadaan kurnia atau karunia yang diterima oleh seorang individu. Melalui pemilihan kata-kata yang indah dan penggunaan simbolisme, Amir Hamzah berhasil menyampaikan pesan tentang kompleksitas dan ambivalensi dari pemberian anugerah.

Simbolisme Kelereng Kaca: Pusat perhatian puisi ini adalah kelereng kaca yang digunakan sebagai simbol kurnia. Kaca menggambarkan kejernihan dan ketajaman pandangan terhadap hikmat, sementara kelereng melambangkan keindahan dan kerapuhan. Pemberian kelereng kaca oleh "Kau" (yang bisa diartikan sebagai Tuhan atau kekuatan ilahi) menciptakan nuansa keajaiban dan kekuatan yang tersembunyi dalam kebaikan atau bahaya yang ada.

Hikmat dan Bahaya dalam Kurnia: Puisi menggambarkan bahwa dalam setiap kurnia terdapat kedalaman hikmat yang tersembunyi. Seiring dengan itu, ada bahaya atau tantangan yang mungkin terkandung dalam pemberian tersebut. Metafora "Menundukkan kepala naga angkara" menyoroti bahwa kurnia bisa memiliki daya yang menakjubkan dan, pada saat yang sama, mampu mengatasi kekuatan yang besar.

Kilauan Kasih dan Tulisan Tangan Tuhan: Puisi mengekspresikan keberuntungan dan kegembiraan yang dihadirkan oleh kurnia. Kilauan kasih dalam kelereng guli menjadi simbol cinta dan berkah yang diberikan oleh sang Pemberi Kurnia. "Tulisan tangan-Mu" mengacu pada takdir dan rancangan yang Tuhan tetapkan untuk setiap individu.

Ambivalensi Kurnia: Amir Hamzah menyajikan ambivalensi dalam penerimaan kurnia. Meskipun menggambarkan keindahan dan kegembiraan yang dihadirkan oleh kurnia, dia juga menyertakan baris yang mengungkapkan ambivalensi dan konflik dalam diri individu. Kata-kata "Melangit tinggi, membumi keji" menggambarkan dualitas sifat manusia yang terkadang memiliki kecenderungan baik dan buruk.

Pembukaan Pandangan terhadap Alam Semesta: Penyair membuka pandangan terhadap alam semesta dengan menyebutkan langit, tanah, dan berbagai bentuk alam. Ini menciptakan gambaran luas tentang keberadaan manusia dalam konteks alam semesta yang begitu besar dan kompleks.

Penggunaan Bahasa dan Ritme: Amir Hamzah menggunakan bahasa yang indah dan ritme yang harmonis dalam menyusun puisi ini. Penggunaan kata-kata yang bermakna mendalam dan pemilihan frasa yang indah meningkatkan kekuatan ekspresi puisi.

Kesimpulan yang Terbuka: Puisi "Kurnia" tidak memberikan penutup yang definitif. Sebaliknya, puisi ini tampaknya memberikan kesempatan bagi pembaca untuk merenung dan menyimpulkan makna yang sesuai dengan perspektif dan pengalaman pribadi masing-masing.

Puisi "Kurnia" adalah puisi yang penuh dengan simbolisme dan makna mendalam. Melalui bahasa yang indah, Amir Hamzah berhasil menyampaikan pemikiran tentang keberadaan kurnia, memperlihatkan kompleksitasnya yang mencakup keindahan, hikmat, dan bahaya dalam satu kesatuan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang arti dan dampak dari pemberian kurnia dalam kehidupan manusia.

Tengku Amir Hamzah
Puisi: Kurnia
Karya: Amir Hamzah

Biodata Amir Hamzah:
  • Amir Hamzah memiliki nama lengkap Tengku Amir Hamzah Pangeran Indra Putera.
  • Amir Hamzah adalah salah satu sastrawan Indonesia angkatan Pujangga Baru (angkatan '30-an atau angkatan 1933).
  • Amir Hamzah lahir pada tanggal 28 Februari 1911 di Binjai, Langkat, Sumatra Utara.
  • Ayahnya bernama Tengku Muhammad Adil (meninggal dunia pada tahun 1933).
  • Ibunya bernama Tengku Mahjiwa (meninggal dunia pada tahun 1931).
  • Amir Hamzah menikah dengan seorang perempuan bernama Kamiliah pada tanggal 1937. Pernikahan ini tersebut dikaruniai seorang anak bernama Tengku Tahura.
  • Amir Hamzah meninggal dunia pada tanggal 20 Maret 1946.
  • Amir Hamzah adalah salah satu pendiri majalah sastra Pujangga Baru (bersama Sutan Takdir Alisjahbana dan Armijn Pane) pada tahun 1932.
  • Dalam dunia sastra, Amir Hamzah diberi julukan Raja Penyair Zaman Pujangga Baru.
© Sepenuhnya. All rights reserved.