Puisi: Percakapan Burung (Karya Diah Hadaning)

Puisi "Percakapan Burung" karya Diah Hadaning menggambarkan kecemasan dan rasa kehilangan atas perubahan dalam lingkungan alam yang disebabkan oleh ..
Percakapan Burung (1)

Di celah pohon-pohon zaman
ingin kusembunyikan kecemasan
manakala kudengar
siapa-siapa bicara
tentang pulau besar
yang akan dibangkitkan
adakah warna-warna akan berubah
hijau pekat pohon tinggi
putih terang buih pantai
biru jernih langit Wamena
harum semak lembah Baliem.

Angin hutan purba
sahabatku setia
masihkah akan
menggerai jurai bulunya.

(Seekor cenderawasih
bercakap dengan kasuari)


Percakapan Burung (2)

Angin akan rindu kepak sayapku
tapi ia sulit datang
karena hilang hutan
jika satu saat
di sini segala dibabat 
tanda-tanda sudah mendekat
kau dengarkah
anak manusia satu dusun
mulai mengeluh sungainya kena limbah
nampaknya tiada jua
yang tersisa
sementara anak manusia 
masih terus berlomba.

Angin akan sulit datang
mengantar suara sakti
genderang pada Ondoafi
karena anak manusia rakus
ciptakan perang yang lain

(Seekor kasuari
bercakap dengan kasuari)


Bogor, April 1994

Analisis Puisi:
Puisi "Percakapan Burung" karya Diah Hadaning menghadirkan dua bagian percakapan antara burung, yang mewakili suara alam dan ekosistem, serta merenungkan perubahan yang terjadi pada lingkungan alam dan dampaknya akibat campur tangan manusia.

Percakapan Burung (1)

Puisi dimulai dengan suara alam yang mencerminkan kecemasan. Penyair merenungkan apakah pulau besar akan "dibangkitkan," mungkin merujuk pada pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada alam. Tanyakan apakah warna-warna akan berubah, menggambarkan perubahan yang mungkin terjadi pada lingkungan. Penggunaan kata-kata seperti "hijau pekat," "putih terang," "biru jernih," dan "harum semak" menggambarkan keindahan alam yang akan berubah akibat perubahan ini. Namun, ada kecemasan bahwa perubahan ini mungkin akan merusak keindahan alam tersebut.

Percakapan Burung (2)

Puisi ini melanjutkan perasaan kecemasan dan penyesalan tentang perubahan yang terjadi pada alam. Penyair menggunakan suara angin sebagai simbol kesetiaan alam yang mengalami kehilangan habitatnya. Terdengar suara tuntutan alam, yang menandakan bahwa manusia telah merusaknya dan mengubah lingkungan. Pembaca merasa bahwa "anak manusia" telah merusak ekosistem dan mengganggu alam, yang memuncak dalam perang dan kerusakan lebih lanjut.

Puisi "Percakapan Burung" karya Diah Hadaning menggambarkan kecemasan dan rasa kehilangan atas perubahan dalam lingkungan alam yang disebabkan oleh campur tangan manusia. Puisi ini menyoroti dampak negatif perubahan lingkungan dan bagaimana manusia mungkin telah menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diubah. Melalui percakapan antara burung yang mewakili alam, penyair menyampaikan pesan penting tentang pentingnya menjaga alam dan menghormati ekosistem bumi.

Puisi: Percakapan Burung
Puisi: Percakapan Burung
Karya: Diah Hadaning
© Sepenuhnya. All rights reserved.