Puisi: Senja yang Merah (Karya D. Zawawi Imron)

Puisi "Senja yang Merah" karya D. Zawawi Imron mengekspresikan elemen-elemen alam dan kehidupan sehari-hari dalam bahasa yang mendalam.
Senja yang Merah


Batu-batu, rumputan gersang
dan pohon siwalan di punggung bukit
pada tengadah ke atas langit.

Lalu sunyi dipecah talu salampar
yang memantul ke ceruk lembah
orang-orang kampung seperti hapal
seorang lelaki sedang memanjat pohon siwalan
menyadap nira
buat diminum istri tercinta
dan dua orang anaknya.

Turun memanjat di bawah pangkal pelepah
salampar putus, waktu pun tersentak
doa terbang mengetuk surga
nira tergenang di tanah
bercampur darah
tanah pun jadi jingga
dijilati lidah senja.

- Sampaikan kepada dua harapanku
bahwa bulanku yang kini ungu
buat mereka selalu -

Jengkerik-jengkerik seperti mengaji
teriring sayup kejauhan
melengkapi guram menjelang malam
lancur ayam bersepuh bara
bergantung di pipi senja.

(ping pilu'
awal sebait kidung Madura
barangkali maknanya
berkeping-keping hati yang pilu)

sebatang pohon siwalan
tegak dan diam, tugu alam yang memberi dahaga
tapi nanti seorang ibu
di bawah teratak beratap ilalang
akan menunjuknya
dengan jari ranting gaharu,

- Anakku, tumpuan harapanku
wangi hati ayahmu
dimulai di pohon itu.


1974

Sumber: Bantalku Ombak Selimutku Angin (1996)

Analisis Puisi:
Puisi "Senja yang Merah" karya D. Zawawi Imron adalah karya sastra yang sarat dengan makna dan mengekspresikan elemen-elemen alam dan kehidupan sehari-hari dalam bahasa yang mendalam.

Deskripsi Alam: Puisi ini dimulai dengan deskripsi alam yang keras dan gersang. Batu-batu, rumputan yang kering, dan pohon siwalan yang tumbuh di punggung bukit menggambarkan lanskap yang keras dan tandus. Ini menciptakan gambaran tentang kekeringan dan kondisi alam yang sulit.

Proses Kehidupan Sehari-hari: Puisi ini kemudian menggambarkan adegan seorang lelaki dari desa yang memanjat pohon siwalan untuk menyadap nira. Proses ini adalah bagian penting dari kehidupan sehari-hari di desa dan mencerminkan kerja keras dan kesederhanaan.

Konflik dan Keindahan: Konflik muncul ketika pohon siwalan yang ditanami oleh lelaki ini terputus, dan nira menggenang di tanah. Darah yang bercampur dengan nira menciptakan warna jingga yang menakjubkan, yang kemudian dijilati oleh lidah senja. Ini adalah contoh indah bagaimana bahasa puisi dapat menggambarkan konflik dan keindahan dalam satu gambaran.

Pesan Kehidupan: Puisi ini menggambarkan kehidupan yang keras dan tidak selalu sesuai dengan harapan. Namun, dalam kesederhanaan dan kerja kerasnya, ada keindahan yang dapat ditemukan, bahkan dalam momen-momen yang sulit. Pesan yang disampaikan adalah tentang pentingnya menghargai kehidupan sehari-hari dan menemukan kecantikan dalam hal-hal sederhana.

Simbolisme: Pohon siwalan dan nira yang dihasilkannya adalah simbol kehidupan dan harapan. Pohon siwalan adalah "tugu alam yang memberi dahaga," menggambarkan pentingnya alam dalam memberikan kehidupan. Selain itu, jingga senja dan nira yang dihasilkan dari konflik menggambarkan simbolisme yang dalam tentang kehidupan, perjuangan, dan harapan.

Struktur Puisi: Puisi ini memiliki struktur yang berirama dan mengalir, yang menciptakan suasana yang mengundang pembaca untuk merenungkan makna yang tersembunyi dalam kata-kata.

Puisi "Senja yang Merah" adalah karya sastra yang menggabungkan deskripsi alam, kehidupan sehari-hari, konflik, dan simbolisme untuk menyampaikan pesan tentang kehidupan, perjuangan, dan keindahan yang tersembunyi dalam hal-hal sederhana.

Puisi D. Zawawi Imron
Puisi: Senja yang Merah
Karya: D. Zawawi Imron

Biodata D. Zawawi Imron:
  • D. Zawawi Imron lahir pada tanggal 1 Januari 1945 di desa Batang-batang, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.