Puisi: Sudah Dulu Lagi (Karya Chairil Anwar)

Puisi "Sudah Dulu Lagi" karya Chairil Anwar adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan suasana yang gelap, suram, dan penuh ketidakpastian dalam ..
Sudah Dulu Lagi


Sudah dulu lagi terjadi begini
Jari tidak bakal teranjak dari petakan bedil
Jangan tanya mengapa jari cari tempat di sini
Aku tidak tahu tanggal serta alasan lagi
Dan jangan tanya siapa akan menyiapkan liang penghabisan
Yang akan terima pusaka: kedamaian antara runtuhan menara
Sudah dulu lagi, sudah dulu lagi
Jari tidak bakal teranjak dari petikan bedil.


Sumber: Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang Putus (1949)

Catatan Admin:
Puisi ini tidak diberi judul.

Analisis Puisi:
Puisi "Sudah Dulu Lagi" karya Chairil Anwar adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan suasana yang gelap, suram, dan penuh ketidakpastian dalam perjuangan dan kehidupan. Puisi ini menciptakan gambaran tentang ketidakmampuan menghindari nasib yang telah ditentukan, serta merenungkan tentang peran dan tindakan di tengah-tengah situasi yang tidak menguntungkan.

Ketidakpastian dan Takdir: Puisi ini menciptakan nuansa ketidakpastian dan takdir yang tidak dapat dihindari. Pengulangan kata "sudah dulu lagi" menunjukkan bahwa apa yang sedang terjadi telah terjadi sebelumnya dan mungkin akan terjadi lagi di masa depan. Ini menggambarkan siklus peristiwa yang sulit dihindari dan memberikan rasa keputusasaan terhadap situasi yang tampaknya tak terhindarkan.

Ketidakmampuan untuk Mengubah Nasib: Penyair menyiratkan bahwa meskipun jari ingin menghindar atau mengubah situasi, "jari tidak bakal teranjak dari petakan bedil." Ini mengekspresikan rasa ketidakmampuan untuk mengubah nasib atau menghindari takdir yang telah ditentukan.

Pertanyaan Tanpa Jawaban: Penyair mengejutkan pembaca dengan kalimat "jangan tanya mengapa" dan "dan jangan tanya siapa." Ini menciptakan nuansa misteri dan ketidakjelasan, seolah-olah tidak ada jawaban yang memadai atas pertanyaan tersebut. Hal ini dapat mencerminkan ketidakmampuan manusia untuk memahami atau menjelaskan kejadian yang tak terhindarkan.

Simbolisme Menara Runtuh: Penyair menggunakan gambaran "kedamaian antara runtuhan menara" sebagai simbol dari perubahan dan kehancuran. Menara yang runtuh menggambarkan perubahan yang tak terhindarkan dan kehancuran yang datang. Meskipun ada penekanan pada perubahan dan kehancuran, penyair juga merenungkan keberadaan "kedamaian" di tengah-tengah situasi tersebut.

Puisi "Sudah Dulu Lagi" karya Chairil Anwar menggambarkan suasana yang suram, penuh ketidakpastian, dan perasaan tak mampu mengubah nasib. Melalui penggunaan bahasa yang kuat dan simbolisme yang kaya, penyair menciptakan gambaran tentang perjuangan manusia menghadapi perubahan dan takdir yang tidak dapat dihindari. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang arti kehidupan, tindakan, dan ketidakmampuan mengubah nasib dalam situasi yang sulit.

Chairil Anwar
Puisi: Sudah Dulu Lagi
Karya: Chairil Anwar

Biodata Chairil Anwar:
  • Chairil Anwar lahir di Medan, pada tanggal 26 Juli 1922.
  • Chairil Anwar meninggal dunia di Jakarta, pada tanggal 28 April 1949 (pada usia 26 tahun).
  • Chairil Anwar adalah salah satu Sastrawan Angkatan 45.
© Sepenuhnya. All rights reserved.