Puisi: Memilih Jalan (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Memilih Jalan" karya Sapardi Djoko Damono menggambarkan refleksi tentang pilihan hidup, ketidakpastian, dan konsekuensi dari setiap pilihan ...
Memilih Jalan (1)
(: Robert Frost)


Jalan kecil ini berujung di sebuah makam dan kau bertanya, "Kenapa tadi kita tidak jadi mengambil jalan yang satunya?"

Tapi kenapa kau tidak bertanya, "Untunglah kita tidak mengambil jalan itu tadi?"

Memang absurd, jalan ini kenapa ada ujungnya dan tidak menjulur saja terus-menerus sampai pada batas yang seharusnya juga tidak perlu ada.


Memilih Jalan (2)


Kita mungkin keliru memilih jalan tapi itu sama sekali bukan salahmu. Akulah yang mengajakmu mengambil jalan ini sebab kupikir kota yang kita tuju terletak di ujung jalan yang kita lalui ini.

Hanya comberan bekas hujan. Hanya bunyi-bunyian lirih sisa nyanyian yang seperti memberi tahu bahwa dahulu nenek-moyang kita pernah membuka hutan dan mendirikan kerajaan besar dengan bantuan orang-orang dari seberang yang buru-buru pergi lagi begitu mendengar kita dibelah oleh ribut-ribut memperebutkan tahta kerajaan.

Hanya comberan.

Bekas hujan.

Hanya suara sopir taksi yang tak bosan-bosannya bertanya rumah ibadah itu persisnya ada di mana.


Memilih Jalan (3)


Jalan buntu ini kemarin tak ada. "Ia muncul dari hakikat suara dan malam yang sangat pekat perangainya," katamu ketika melihat tampangku tampak konyol.

Ya, tetapi kenapa kemarin jalan buntu ini tak ada? "Sebaiknya kautanyakan saja kenapa jalan buntu ini sekarang ada."


Sumber: Melipat Jarak (2015)

Analisis Puisi:
Puisi "Memilih Jalan" karya Sapardi Djoko Damono menggambarkan refleksi tentang pilihan hidup, ketidakpastian, dan konsekuensi dari setiap pilihan yang diambil. Melalui gambaran jalan dan perbincangan antara pembicara dalam puisi, penyair membuka pemahaman tentang perjalanan hidup, ketidakpastian, dan pertanyaan yang tak selalu memiliki jawaban yang jelas.

Konsep Jalan sebagai Metafora: Puisi ini menggunakan konsep jalan sebagai metafora untuk menggambarkan pilihan hidup yang diambil oleh individu. Jalan yang dipilih dapat mengarah ke tempat yang berbeda, dengan akhir yang mungkin atau mungkin juga tidak terduga. Pilihan yang diambil oleh individu membentuk jalan hidupnya sendiri.

Pertanyaan tentang Pilihan dan Kehendak: Puisi ini menyoroti perbedaan antara pertanyaan "Kenapa tadi kita tidak jadi mengambil jalan yang satunya?" dan "Untunglah kita tidak mengambil jalan itu tadi?" dalam konteks pilihan hidup. Pertanyaan pertama mencerminkan keraguan dan ketidakpastian, sementara pertanyaan kedua mengindikasikan rasa syukur atas pilihan yang diambil.

Perjalanan dan Kenangan: Puisi ini juga mengeksplorasi aspek perjalanan melalui kata-kata "bekas hujan," "suara sopir taksi," dan "tampangku tampak konyol." Ini menggambarkan pengalaman perjalanan, baik fisik maupun emosional, serta bagaimana pengalaman ini membentuk pandangan kita terhadap kehidupan.

Kehadiran dan Ketidakpastian: Melalui penggunaan jalan buntu yang tiba-tiba muncul, penyair menggambarkan ketidakpastian hidup. Jalan ini tiba-tiba ada, tanpa penjelasan yang jelas. Hal ini mencerminkan bagaimana kehidupan sering kali memberikan situasi yang tidak terduga, dan kita harus menghadapinya dengan fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi.

Puisi "Memilih Jalan" karya Sapardi Djoko Damono mengajak pembaca untuk merenung tentang pilihan hidup, ketidakpastian, dan konsekuensi dari setiap pilihan yang diambil. Melalui gambaran jalan, pertanyaan, dan refleksi, penyair menggambarkan kerumitan perjalanan hidup dan pentingnya memahami dan menerima konsekuensi dari pilihan yang diambil.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Memilih Jalan
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.