Puisi: Lagu Pejalan Larut (Karya Acep Zamzam Noor)

Puisi "Lagu Pejalan Larut" karya Acep Zamzam Noor menggambarkan perasaan kerinduan akan kampung halaman dan akar-akar kehidupan.
Lagu Pejalan Larut

Ingin kembali mencium rumputan
Bau tanah sehabis hujan, jejak-jejak pagi di pematang
Duapuluh tiga tahun aku dibakar matahari, digarami
Keringat bumi. Ingin kembali, ingin kembali
Mengairi sawah dan perasaan, menabur benih-benih ketulusan.

"Pejalan larut, di manakah kampungmu?"

Langit membara sepanjang padang-padang
Sabana. Pondok-pondok membukakan pintu dan jendela
Tungku-tungku menyalakan waktu. Duapuluh tiga tahun
Aku memburu utara, mengejar selatan, tersesat di barat
Dan kehilangan timur. Beri aku cangkul! Beri aku kerbau!

"Pejalan larut, berapa usiamu sekarang?"

Ingin kembali, ingin kembali mencium rumputan
Bau tanah sehabis hujan, jejak-jejak pagi di pematang.

Sumber: Tulisan pada Tembok (2011)

Analisis Puisi:
Puisi "Lagu Pejalan Larut" karya Acep Zamzam Noor adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perasaan kerinduan akan kampung halaman dan akar-akar kehidupan. Puisi ini memiliki lirik yang kuat dan memikat, serta menceritakan perjalanan seorang pejalan yang merindukan kembali ke desanya.

Tema Puisi: Tema utama dalam puisi ini adalah kerinduan akan kampung halaman dan keinginan untuk kembali ke akar-akar kehidupan. Puisi ini menggambarkan perasaan seorang pejalan yang telah menjalani berbagai pengalaman di luar desanya dan sekarang merindukan rumahnya.

Imaji Alam: Puisi ini menggunakan imaji alam, seperti "bau tanah sehabis hujan" dan "jejak-jejak pagi di pematang," untuk menggambarkan kekayaan alam dan kehidupan desa yang ditinggalkan oleh sang pejalan. Imaji ini memberikan sentuhan visual dan sensori pada puisi.

Perjalanan dan Penemuan Diri: Puisi ini mencerminkan perjalanan fisik dan emosional sang pejalan selama 23 tahun. Penyair menggambarkan bagaimana perjalanan tersebut telah mengubahnya, membuatnya mencari arah yang benar dan merindukan kembali sumber-sumber kebahagiaannya.

Suaran Penyair: Puisi ini menggunakan suara penyair yang erat dengan alam dan lingkungannya. Penyair merindukan unsur-unsur desa, seperti sawah dan rumputan, yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupannya.

Pertanyaan dan Jawaban: Puisi ini memasukkan pertanyaan-pertanyaan yang memberikan wawasan tentang perasaan sang pejalan. Pertanyaan tentang kampung halaman dan usia menyoroti kerinduannya akan rumah dan perasaannya yang tumbuh seiring waktu.

Puisi "Lagu Pejalan Larut" adalah ungkapan perasaan kerinduan, nostalgia, dan penemuan diri. Ini adalah kisah seorang pejalan yang merindukan rumah dan akar-akar kehidupannya, serta pertanyaan-pertanyaan yang menggambarkan perjalanan emosionalnya. Puisi ini mengundang pembaca untuk merenung tentang pentingnya kampung halaman dan asal-usul dalam kehidupan manusia.

Acep Zamzam Noor
Puisi: Lagu Pejalan Larut
Karya: Acep Zamzam Noor

Biodata Acep Zamzam Noor:
  • Acep Zamzam Noor (Muhammad Zamzam Noor Ilyas) lahir pada tanggal 28 Februari 1960 di Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia.
  • Ia adalah salah satu sastrawan yang juga aktif melukis dan berpameran.
© Sepenuhnya. All rights reserved.