Puisi: Karawang-Bekasi (Karya Chairil Anwar)

Puisi "Karawang-Bekasi" merupakan salah satu karya sastra terkenal dari Chairil Anwar, penyair ternama Indonesia yang tergabung dalam Angkatan '45 ...
Karawang-Bekasi


Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi
tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi.

Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan berdegap hati?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.

Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa

Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu jiwa

Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang-kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami

Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir

Kami sekarang mayat
Berilah kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi.


1948

Sumber: Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang Putus (1949)

Analisis Puisi:
Puisi "Karawang-Bekasi" merupakan salah satu karya sastra terkenal dari Chairil Anwar, penyair ternama Indonesia yang tergabung dalam Angkatan '45. Puisi ini mencerminkan semangat perjuangan dan kecintaan pada tanah air serta refleksi atas korban yang telah gugur dalam perjuangan kemerdekaan. Berikut adalah analisis dari puisi ini:

Lokasi Geografis Sebagai Latar: Judul puisi ini, "Karawang-Bekasi," merujuk pada dua daerah di Jawa Barat, Indonesia. Penempatan lokasi geografis ini menjadi latar belakang puisi dan menunjukkan bahwa perjuangan kemerdekaan Indonesia melibatkan banyak wilayah dan orang-orang dari berbagai daerah.

Semangat Perjuangan: Puisi ini mencerminkan semangat perjuangan dan semangat juang pejuang untuk merdeka. Meskipun kini mereka sudah terbaring (mungkin telah gugur), namun semangat mereka tetap terasa hidup dan berani dalam menghadapi segala tantangan.

Kerinduan Terhadap Kemerdekaan: Dalam puisi ini, penyair menyampaikan kerinduannya akan kemerdekaan. Meskipun tidak bisa lagi berteriak "Merdeka" dan angkat senjata, semangat pejuang tetap tinggal dalam ingatan dan kenangan.

Tantangan dan Pengorbanan Pejuang: Puisi ini mencerminkan tantangan dan pengorbanan yang dihadapi oleh para pejuang dalam perjuangan kemerdekaan. Mereka telah memberi segalanya, jiwa dan raga, untuk kemerdekaan, namun kerja mereka belum selesai dan impian mereka belum tercapai.

Sentimen Nasionalisme: Puisi ini mengekspresikan sentimen nasionalisme yang kuat. Pejuang diceritakan sebagai pahlawan-pahlawan yang berjuang untuk Indonesia. Mereka merasa bangga dan memiliki semangat cinta tanah air yang mendalam.

Pemanggilan Ingatan: Penyair mengajak pembaca untuk mengenang para pahlawan yang telah gugur dalam perjuangan. Pemanggilan ini mencerminkan pentingnya mengenang dan menghargai jasa-jasa para pejuang kemerdekaan.

Refleksi Pribadi dan Kesimpulan: Puisi ini juga mencerminkan refleksi pribadi penyair atas perjuangan yang telah dilakukan. Meskipun mereka berkorban dan menghadapi kematian, tetapi hasil dan arti dari perjuangan tersebut belum jelas atau belum dapat diukur.

Puisi "Karawang-Bekasi" karya Chairil Anwar adalah puisi yang menggambarkan semangat perjuangan dan pengorbanan para pejuang dalam meraih kemerdekaan Indonesia. Puisi ini menyentuh hati pembaca dengan pesan tentang arti perjuangan, kesetiaan pada tanah air, dan pentingnya mengenang jasa para pahlawan. Sebagai salah satu karya sastra yang berharga dari Angkatan '45, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung dan mengenang perjuangan bangsa dalam merebut kemerdekaan.

Chairil Anwar
Puisi: Karawang-Bekasi
Karya: Chairil Anwar

Biodata Chairil Anwar:
  • Chairil Anwar lahir di Medan, pada tanggal 26 Juli 1922.
  • Chairil Anwar meninggal dunia di Jakarta, pada tanggal 28 April 1949 (pada usia 26 tahun).
  • Chairil Anwar adalah salah satu Sastrawan Angkatan 45.
© Sepenuhnya. All rights reserved.