Puisi: Kesabaran (Karya Chairil Anwar)

Puisi "Kesabaran" karya Chairil Anwar menyampaikan pesan tentang ketidakmampuan untuk mengubah situasi dan perasaan terhimpit oleh tekanan hidup.
Kesabaran

Aku tak bisa tidur
Orang ngomong, anjing nggonggong
Dunia jauh mengabur
Kelam mendinding batu
Dihantam suara bertalu-talu
Di sebelahnya api dan abu

Aku hendak berbicara
Suaraku hilang, tenaga terbang
Sudah! Tidak jadi apa-apa!
Ini dunia enggan disapa, ambil perduli.

Keras membeku air kali
Dan hidup bukan hidup lagi

Kuulangi yang dulu kembali
Sambil bertutup telinga, berpicing mata
Menunggu reda yang mesti tiba

Maret, 1943

Sumber: Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang Putus (1949)

Analisis Puisi:
Puisi "Kesabaran" karya Chairil Anwar adalah karya sastra yang menggambarkan perasaan kesulitan dan ketidakpuasan seseorang terhadap dunia dan keadaannya. Dalam puisi ini, Chairil Anwar menyampaikan pesan tentang ketidakmampuan untuk mengubah situasi dan perasaan terhimpit oleh tekanan hidup.

Ketidakmampuan untuk Tidur: Puisi ini dimulai dengan pernyataan "Aku tak bisa tidur," yang menciptakan nuansa ketidaknyamanan. Kesulitan untuk tidur seringkali dapat mencerminkan perasaan ketidakpuasan atau kegelisahan terhadap situasi saat ini.

Lingkungan yang Mencekam: Dalam puisi ini, Chairil Anwar menyampaikan gambaran lingkungan yang mencekam, dengan bunyi-bunyian seperti "orang ngomong" dan "anjing nggonggong." Bunyi-bunyian ini mungkin mencerminkan kebisingan dan gangguan yang mengganggu penenang tidur.

Kehampaan dan Kegelapan: Penyair menggambarkan dunia sebagai "jauh mengabur" dan "kelam mendinding batu." Ini menciptakan gambaran kehampaan dan ketidakjelasan. Keadaan ini juga disimbolkan dengan "api dan abu," yang bisa melambangkan perasaan terbakar dan merasa telah menjadi hampa.

Kehilangan Suara: Dalam puisi ini, penyair merasa kehilangan kemampuannya untuk berbicara. Ketidakmampuan untuk bersuara mencerminkan perasaan terjepit dan terhantui oleh keadaan yang tak dapat diubah.

Perasaan Putus Asa: Terdapat ungkapan "Sudah! Tidak jadi apa-apa!" yang mencerminkan perasaan putus asa. Penyair merasa bahwa usahanya untuk berbicara dan memahami dunia tampaknya sia-sia.

Kemarahan Terhadap Dunia: Terdapat perasaan ketidaksabaran terhadap dunia, yang tampak enggan disapa. Penyair mengungkapkan ketidakpuasan dan rasa kesal terhadap kondisi hidupnya.

Keinginan untuk Berubah: Puisi ini menunjukkan perasaan penyair yang ingin mengubah keadaan. Namun, penyair merasa bahwa kemampuannya untuk berbuat perubahan terbatas.

Reda dalam Kesabaran: Penyair mengungkapkan kemarahan dan ketidakpuasannya, tetapi dalam baris terakhir, ia menyatakan bahwa ia akan "menunggu reda yang mesti tiba." Ini mengisyaratkan perasaan kesabaran dan harapan bahwa suatu saat situasi akan membaik atau perasaan akan reda.

Secara keseluruhan, "Kesabaran" adalah puisi yang menggambarkan perasaan kebingungan, ketidakpuasan, dan perasaan terjepit dalam keadaan yang tidak diinginkan. Chairil Anwar menggunakan bahasa yang kuat untuk menyampaikan pesan emosional dan perasaan pribadi dalam puisi ini.

Chairil Anwar
Puisi: Kesabaran
Karya: Chairil Anwar

Biodata Chairil Anwar:
  • Chairil Anwar lahir di Medan, pada tanggal 26 Juli 1922.
  • Chairil Anwar meninggal dunia di Jakarta, pada tanggal 28 April 1949 (pada usia 26 tahun).
  • Chairil Anwar adalah salah satu Sastrawan Angkatan 45.
© Sepenuhnya. All rights reserved.