Puisi: Membaca Merapi, Membaca Dusun Tutup (Karya Diah Hadaning)
Puisi: Membaca Merapi, Membaca Dusun Tutup I
Karya: Diah Hadaning
Membaca Merapi, Membaca Dusun Tutup (1)
Lereng Merapi jam delapan pagi:
mega putih kapas saput rasa getas
kidung mengapung sibak kabut
menyapa ruh gaibnya gunung
di gumpal mega terbaca pesan Sang Resi.
Saat ditanya dua dari lima
tugas insan dalam gelar kehidupan
pejalan sunyi mengeja hati:
menghidupkan yang hidup
dan memberi makna kehidupan
Sang Resi menoreh mega
senyum bias surya
menyibak misteri kembali menyapa:
carilah yang harus dicari, ya perempuanku
hitunglah yang harus dihitung, ya muridku
bagai air mengalir seni untuk kehidupan
pagari nanti dimangsa banaspati.
Mega menebar busana berkibar
senyum arif terurai
pejalan sunyi masih menatap lama
bayang yang hilang
seiring suara ricik kali bening.
Membaca Merapi, Membaca Dusun Tutup (2)
Sapa pagi di daun jatuh dan suara satwa gunungkidung tak henti dalam jiwa simpan gaungdusun Tutup hijau raya bagai mimpi sejahterapara perempuan dan lelaki berambut panjangtak hirau orang kota sibuk jarahanmembaca dan mengeja tak pernah sudahsetiap datang mekar hati bungahmembaca dusun Tutup ada api dalam tungkumembaca dusun Tutup ada damar dalam kalbumembaca dusun Tutup ada Sitras Anjilin lugurambut panjangnya mulai berubah kusimak diamsenyumnya masih segar hijaukan pepohonanucapannya selagi dalam kebersamaan:
Yang kau lihat tarian kami wujudkan seniYang kau rasa getar jiwa kami menyembah Gusti
Ada galau, pulang tidakdi jalan setapak terekam berjuta detak terpis jarak.
Lereng MerapiPurnama, Maret 2004
Catatan:Tutup = Dusun kecil di lereng Merapi.Bungah = Rasa senang.Sitras Anjilin = Seniman Merapi.
Puisi: Membaca Merapi, Membaca Dusun Tutup
Karya: Diah Hadaning