Puisi: Sajak Baur (Karya Diah Hadaning)

Puisi "Sajak Baur" karya Diah Hadaning adalah sebuah refleksi yang mendalam tentang kehidupan modern dan kompleksitasnya.
Sajak Baur

Baur dalam nenek belantara kota hari ini
segala duka, dusta, dan derita anak manusia
baru dalam pupur dan keringatku pula
polusi yang mengaburkan cakrawala
lalu menyatu dalam cerita yang sama
bukan nyanyi tentang kejora
tapi sebuah tanya tentang hari lusa
baur dalam caci kuli yang kehilangan langganan
segala tawa, bisik, rindu istri di rumah
baur dalam gelisahku yang hanya bisa menatap tanpa berbuat
harap yang luruh menghitami batu jalan
lalu menyatu dalam nyeri yang sama
hari ini hilang indahnya
hari ini sisa letihnya
ternyata aku bukan pahlawan 
pembebas derita mereka itu
penghapus polusi kehidupan ini
ketika ku baur dalam senyummu yang lentik.

Jakarta, 1978

Analisis Puisi:

Puisi "Sajak Baur" karya Diah Hadaning adalah sebuah refleksi yang mendalam tentang kehidupan modern dan kompleksitasnya.

Citra Kota Modern: Penyair menciptakan gambaran yang kuat tentang kehidupan di kota modern dengan menggunakan metafora "nenek belantara kota". Ini menggambarkan kekacauan, kepadatan, dan beragamnya pengalaman manusia dalam konteks urban.

Penggabungan Berbagai Aspek Kehidupan: Puisi ini menggabungkan berbagai aspek kehidupan manusia, mulai dari kesenangan hingga penderitaan, dari kegembiraan hingga kegelisahan. Ini mencerminkan kompleksitas dan keberagaman pengalaman manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Bahasa yang Kuat dan Menggugah: Penyair menggunakan bahasa yang kuat dan menggugah untuk menyampaikan pesannya. Frasa-frasa seperti "polusi yang mengaburkan cakrawala" dan "gelisahku yang hanya bisa menatap tanpa berbuat" memberikan gambaran yang kuat tentang kondisi manusia dan lingkungan mereka.

Perenungan tentang Kehidupan dan Kehadiran: Puisi ini menawarkan sebuah perenungan tentang kehidupan dan keberadaan manusia di tengah-tengah segala kompleksitas dan polusi yang mengaburkan. Ada kesadaran tentang ketidakmampuan kita sebagai individu untuk secara langsung mengubah kondisi tersebut.

Ironi dan Realitas Kehidupan: Ada elemen ironi dalam puisi ini, terutama dalam baris "ternyata aku bukan pahlawan / pembebas derita mereka itu / penghapus polusi kehidupan ini". Ini menyoroti realitas bahwa seringkali kita merasa tidak berdaya dalam mengatasi tantangan dan kesulitan dalam kehidupan.

Pemahaman tentang Kehadiran Orang yang Dicintai: Puisi ini juga menunjukkan bahwa dalam kehidupan yang penuh dengan kebingungan dan kesulitan, kehadiran seseorang yang dicintai bisa menjadi sumber kekuatan dan kebahagiaan. Ini tercermin dalam baris terakhir "ketika ku baur dalam senyummu yang lentik", di mana kehadiran orang yang dicintai membawa kesegaran dan keceriaan dalam kehidupan.

Puisi "Sajak Baur" karya Diah Hadaning adalah sebuah refleksi yang mendalam tentang kehidupan modern dan kompleksitasnya. Dengan menggunakan bahasa yang kuat dan gambaran yang kaya, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang keberagaman pengalaman manusia dalam menghadapi tantangan dan kesulitan dalam kehidupan sehari-hari.

"Puisi: Sajak Baur (Karya Diah Hadaning)"
Puisi: Sajak Baur
Karya: Diah Hadaning
© Sepenuhnya. All rights reserved.